KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo baru saja melakukan reshuffle atau perombakan kabinet, dengan mengganti tiga anggota kabinet.
Dalam reshuffle kali ini, Jokowi mengganti pos menteri perdagangan yang sebelumnya dipegang Muhammad Luthfi. Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan ditunjuk sebagai pengganti Luthfi.
Kemudian, pergantian juga terjadi dengan mengganti Sofyan Djalil dengan Hadi Tjahjanto sebagai menteri menteri agraria dan tata ruang/kepala Badan Pertanahan Nasional.
Wamen ATR pun mengalami perubahan dengan mengganti Surya Tjandra dengan Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia Raja Juli Antoni.
Sebagai tambahan, Jokowi menambahkan wakil menteri dalam negeri yang dipegang John Wempi Watipo dan wakil menteri ketenagakerjaan kepada Afriansyah Noor.
Disertai hoaks dan isu
Sebelum terjadi perombakan kabinet, muncul sejumlah hoaks mengenai nama sejumlah menteri yang akan diganti.
Dalam platform sosial dan aplikasi pesan, muncul hoaks bahwa sejumlah nama besar akan terkena dampak reshuffle dan terlempar dari kabinet.
Berdasarkan pemantauan Kompas.com, nama yang disebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Ada juga isu pergeseran pos menteri yang melibatkan nama-nama seperti Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Negara BUMN Erick Thohir.
Faktanya, nama-nama itu tidak terkena dampak reshuffle seperti yang disebutkan dalam pesan hoaks yang beredar.
Pesan hoaks, isu tidak terkonfirmasi, serta kabar yang mengatasnamakan prediksi dengan mencantumkan sejumlah nama kerap beredar sebelum reshuffle resmi diumumkan presiden.
Motif politik
Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Sastrio menilai, beredarnya klaim nama-nama menteri yang kena dampak reshuffle membuat kehebohan yang berlebihan.
Meskipun, kenyataannya perombakan kabinet yang terjadi tidak berdampak besar.
"Jadi kita terkejut juga, yah ternyata reshuffle-nya begitu tok (saja). Padahal, kehebohannya sudah mirip seperti saat Pak Jokowi pertama kali mengumumkan kabinet," kata Hendri melalui telepon, Rabu (15/6/2022).
Menurut dia, ada tiga kemungkinan informasi seperti itu bisa muncul saat isu reshuffle mulai mencuat. Pertama, dia menilai isu dan kabar tidak jelas itu memang sengaja dibuat kelompok tertentu demi motif politik tertentu.
Kedua, daftar nama menteri yang akan di-reshuffle itu asli, namun mengalami perubahan, sehingga yang akhirnya diumumkan berbeda.
Ketiga, pihak pembuat daftar nama itu hanya berniat tebak-tebakan dan dibagikan tanpa tujuan politis.
Menggiring opini
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan ramainya tebak-tebakan nama menteri yang di-reshuffle menunjukkan dinamika politik di Ibu Kota.
Informasi liar seperti itu selalu mengutamakan menteri dari partai apa yang dicopot dan apakah kader partai lain yang menggantikannya.
Ia menilai, ada kemungkinan kelompok tertentu berupaya menggiring opini atau menyodorkan nama tertentu pada presiden melalui informasi liar sebelum pengumuman reshuffle.
Kesadaran masyarakat untuk mengandalkan informasi yang telah terkonfirmasi, dia anggap yang bisa mengurangi informasi liar terkait reshuffle.
Sebab, menurut Hanta, informasi-informasi palsu itu bisa menurunkan kualitas atau kesehatan demokrasi di negeri ini.
Bahkan Presiden Joko Widodo pernah membatalkan rencana reshuffle karena keributan berlebihan dan liarnya informasi nama-nama menteri.
"Dia tidak mau ditekan, didikte. Kalau ini terus-terusan saya kira tidak baik ya bagi pendidikan demokrasi. Kita berharap demokrasi kita semakin bagus, setiap ada informasi itu harus dipertanggungjawabkan (agar) semakin berkualitas," kata Hanta melalui telepon, Rabu (15/6/2022).
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/06/16/160200882/hoaks-nama-yang-kena-reshuffle-kerap-muncul-sebelum-diumumkan-apa