KOMPAS.com - Salah satu makhluk mitologi yang diyakini mendiami lautan yakni manusia setengah ikan atau biasa disebut putri duyung.
Putri duyung atau mermaid digambarkan sebagai seorang perempuan yang tubuh bagian bawahnya berwujud ikan.
Meski sering dinarasikan tidak berbahaya bagi manusia, namun mermaid juga diyakini sebagai pembawa sial bagi pelaut.
Menurut mitos, mermaid kerap menggoda para pelaut dengan kecantikannya kemudian menyeret mereka untuk hidup bersama di dalam laut.
Legenda mermaid di berbagai kebudayaan
Dikutip dari laman Royal Museums Greenwich, kisah tentang mermaid telah ada selama ribuan tahun dan menjangkau berbagai budaya di seluruh dunia, mulai dari pemukiman pesisir di Irlandia hingga Gurun Karoo di Afrika Selatan.
Seberapa tua kisah tentang mermaid beredar di masyarakat sulit diketahui, dan diduga telah ada sejak pertama kali manusia mulai menemukan makhluk di laut.
Arkeolog telah menemukan kisah makhluk separuh manusia separuh ikan dalam mitologi Mesopotamia yang berusia lebih dari 5.000 tahun tentang Oannes, dewa ikan laki-laki.
Salah satu legenda mermaid paling awal muncul di Suriah sekitar 1.000 SM ketika Dewi Atargatis terjun ke danau untuk mengubah wujudnya menjadi ikan.
Karena kecantikannya yang luar biasa, dewa-dewa hanya mengubah tubuh bagian bawah Atargatis menjadi ikan. Sedangkan, tubuh bagian atas tetap berwujud manusia.
Para arkeolog telah menemukan sosok Atargatis di kuil kuno, patung, dan koin.
Sementara, penggambaran mermaid paling awal di Inggris dapat ditemukan di Kapel Norman di Kastil Durham, yang dibangun sekitar tahun 1078 oleh tukang batu Saxon.
Pada kapel tersebut terdapat ukiran mermaid di samping dua macan tutul dan beberapa adegan berburu. Sejarawan percaya ukiran mermaid itu melambangkan godaan jiwa.
Dalam literatur modern, penggambaran putri duyung yang paling populer berasal dari dongeng The Little Mermaid karya penulis Denmark, Hans Christian Andersen.
Dongeng itu menceritakan tentang seorang duyung yang mendambakan kehidupan normal bersama manusia di darat.
Cerita ini diadaptasi menjadi film kartun Disney, The Little Mermaid pada 1989, dan rencananya akan diadaptasi menjadi film live-action berjudul sama pada 2023.
Lembu Laut dan dugong
Dilansir dari Live Science, laporan tentang penampakan mermaid sudah muncul sejak abad pertengahan.
Sebuah cerita yang berasal dari tahun 1600-an mengisahkan putri duyung yang terdampar di Belanda dalam keadaan terluka. Dia dibawa ke danau terdekat dan dirawat hingga sembuh.
Putri duyung itu akhirnya menjadi warga negara yang produktif, belajar berbicara bahasa Belanda, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan akhirnya memeluk agama Katolik.
Pada 1842, "The Greatest Showman" Phineas Taylor Barnum menghebohkan publik dengan menggelar pameran bertajuk Feejee Mermaid di New York.
Akan tetapi, orang-orang yang datang dan membayar 50 sen dengan harapan melihat putri cantik bertubuh setengah ikan harus menelan pil pahit.
Makhluk yang mereka lihat adalah mayat palsu yang memiliki tubuh, kepala, dan anggota badan monyet dan bagian bawah berwujud ikan.
Beberapa peneliti modern percaya bahwa penampakan hewan laut seukuran manusia seperti manatee atau lembu laut dan dugong mungkin telah mengilhami kisah putri duyung.
Mamalia laut bertubuh besar itu memiliki ekor datar dan dua sirip yang menyerupai lengan gemuk.
Pengaruh jarak pandang kemungkinan membuat orang meyakini hewan-hewan itu sebagai putri duyung.
Kepala, lengan, atau ekor dugong yang tampak sekilas sebelum menyelam di bawah ombak mungkin telah memunculkan beberapa laporan mengenai putri duyung.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/10/26/194500282/menelusuri-kisah-putri-duyung-dari-atargatis-hingga-the-little-mermaid