Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Catatan Soe Hok Gie soal Sarekat Islam Semarang dan Akar Gerakan Marxis di Indonesia

KOMPAS.com - Soe Hok Gie, aktivis era 1966 sekaligus lulusan ilmu sejarah Universitas Indonesia, pernah menulis tentang pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1926-1927.

Menurut Gie, studi tentang pemberontakan PKI saat itu mesti dilihat dari awal mula gerakan kelompok marxis di Indonesia.

Sejumlah tokoh penganut ideologi sosialisme yang dicetuskan oleh Karl Marx itu tergabung dalam organisasi Sarekat Islam Semarang.

Tulisan ini merupakan skripsi Gie pada 1964, kemudian dibukukan dengan judul Di Bawah Lentera Merah.

Dalam menyusun skripsinya, Gie banyak menggali data mengenai Sarekat Islam sebagai akar gerakan marxis di Indonesia.

Dia juga sempat bertemu dan mewawancarai tokoh-tokoh Sarekat Islam yang saat itu masih hidup, Semaoen dan Darsono.

Seperti halnya penelitian sejarah, Gie pun mengandalkan sumber-sumber arsip dalam tulisannya, salah satunya dari surat kabar yang dimiliki Sarekat Islam Semarang, Sinar Djawa dan Sinar Hindia.

“Studi mengenai pemberontakan 1926, harus dimulai dari studi terhadap awal mulanya pergerakan kaum marxis di Indonesia. Dan dalam hal ini kita harus mulai dengan Sarekat Islam Semarang,” tulis Gie, dikutip dari buku Di Bawah Lentera Merah (1999).

Dalam tulisannya itu Gie melihat bagaimana pergerakan rakyat Indonesia pada awal abad ke- 20. Ia pun menyoroti pergerakan Sarekat Islam Semarang dari tahun 1917-1920.

Bagi Gie, gerakan yang dilakukan oleh Sarekat Islam layaknya gerakan komunitas Samin. Mereka menerjemahkan gerakan komunis menjadi gerakan tradisional yang lekat dengan masyarakat.

Komunitas Samin menerapkan laku hidup yang selaras dengan alam, tidak serakah, dan menghargai sesama manusia.

Dikutip dari Kompas.id, komunitas Samin merupakan pengikut Samin Surosentiko yang bernama asli Raden Kohar, petani dari Desa Ploso Kediren, Blora, Jawa Tengah.

Ia hidup pada pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Sosoknya signifikan karena menolak membayar pajak ke pemerintah kolonial Belanda.

Samin melakukan perlawanan bersama pengikut-pengikutnya tanpa kekerasan. Aksinya mengusik pihak Belanda.

Pada 1907, Samin dan sejumlah pengikutnya ditangkap, kemudian dibuang dan dijadikan pekerja paksa di Sawahlunto, Sumatera Barat, hingga wafat pada 1914.

“Saya pikir bukanlah hal yang kebetulan saja menghebatnya gerakan-gerakan Samin di tahun 1917, bersamaan waktunya dengan munculnya ide-ide sosialis Sarekat Islam Semarang,” tulis Gie.

“Gerakan komunis bahkan mereka terjemahkan ke gerakan Saminis. Sarekat Islam Semarang merupakan gerakan dari sekelompok manusia yang tak mungkin melepaskan dirinya dari zaman lampaunya. Alam yang mendahuluinya, alam tradisional,” ungkap Gie.

Persoalan agraria yang terjadi pada 1917-an memengaruhi pergerakan Sarekat Islam Semarang dan menjadikan organisasi tersebut lebih revolusioner. Mereka melihat adanya penindasan terhadap para petani di desa-desa.

Bagi Sarekat Islam Semarang kenyataan itu menjadi alasan bagi mereka untuk mengungkapkan ketidakpuasan dan ketidapercayaan kepada pemerintah.

Hal lain yang membuat Sarekat Islam Semarang begitu revolusioner adalah kenyataan bahwa saat itu angka kematian di Semarang cukup tinggi karena wabah pes.

Sarekat Islam memprotes pemerintah Kota Praja Semarang yang bertindak tidak bijaksana dan memperlakukan masyarakat secara sewenang-wenang.

“Bagi kalangan rakyat jelata yang buta huruf dan miskin, situasi 1917 di Semarang itu membuat keadaan masak untuk gerakan-gerakan radikal revolusioner dari Semaoen dan kawan-kawanya,” ujar Gie.

Peran Sneevliet

Keadaan buruk yang terjadi pada 1917 sampai 1918 tidak disangkal oleh kelompok pergerakan di Indonesia maupun Belanda.

Seorang komunis Belanda sekaligus Ketua Indische Social Democratische Vereniging (ISDV), Henk Sneevliet, melihat realitas itu dengan konsep marxisme.

Cara pandangnya itu memengaruhi sekelompok anak muda di Sarekat Islam Semarang saat itu seperti Semaoen maupun Darsono.

Bahkan anak muda di Sarekat Islam yang berada di kota lain juga terpengaruh, seperti Alimin dan Muso yang berada di Jakarta maupun H Misbach yang ada di Solo.

“Dari Sneeliet-lah mereka belajar menggunakan analisis Marxistis untuk memahami realita sosial yang dialami. Mereka berpendapat, sebab dari kesengsaraan rakyat Indonesia adalah struktur kemasyarakatan yang ada, yaitu struktur masyarakat tanah jajahan yang diperas kaum kapitalis,” tulis Gie.

Pada Kongres kedua Central Sarekat Islam (CSI) yang diikuti utusan Sarekat Islam di seluruh Indonesia, Semaoen dan kawan-kawannya pun memengaruhi dan menyebarkan ideologi marxisme untuk memperbaiki sistem sosial.

Sebagian ada yang sepakat dengan konsep marxisme yang ditawarkan Semaoen, namun sebagian lagi menolaknya. Salah satu tokoh yang keras menolak ide Semaoen itu adalah Abdoel Moeis.

Setelah kongres itu selesai, Sarekat Islam Semarang pun mulai mengadakan serangkaian aksi untuk memperjuangkan cita-citanya.

Pada Desember 1917 Sarekat Islam Semarang mengadakan rapat anggota dan menyerang ketidakberesan di tanah-tanah partikular.

“Kaum buruh juga diorganisasi supaya lebih militan dan mengadakan pemogokan terhadap perusahaan-perusahaan yang sewenang-wenang,” tulis Gie.

Korban pertama aksi pemogokan yang diinisiasi oleh Sarekat Islam Semarang adalah sebuah perusaahan mebel yang memiliki 15 buruh.

Atas nama Sarekat Islam, Semaoen memproklamasikan pemogokan dan menuntut tiga hal. Pertama, pengurangan jam kerja dari 8,5 jam menjadi 8 jam.

Kedua, selama mogok gaji buruh dibayar penuh. Ketiga, setiap buruh yang dipecat diberi uang pesangon tiga bulan gaji.

Pemogokan ini ternyata ampuh, dalam waktu 5 hari majikan perusahaan mebel tersebut mengabulkan tuntutan yang diajukan oleh Sarekat Islam Semarang dan pemogokan pun berhenti.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/10/17/130000882/catatan-soe-hok-gie-soal-sarekat-islam-semarang-dan-akar-gerakan-marxis

Terkini Lainnya

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke