Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayam Jadi Bukti Arkeologis Migrasi Manusia dari Asia Tenggara ke Eropa

Kompas.com - 26/02/2022, 07:00 WIB
Kompasianer Hafiful Hadi Sunliensyar,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Sumber Kompasiana

KOMPAS.com - Salah satu topik penelitian menarik dalam kajian arkeologi saat ini adalah migrasi manusia di masa lampau.

Ada beberapa data yang dipakai untuk penelitian ini. Misalnya, data linguistik dan DNA digunakan untuk mendukung bukti-bukti arkeologis migrasi bangsa Austronesia ke Kepulauan Indo Malaysia sebagaimana yang dilakukan 

 

Peter Bellwood misalnya dengan menggunakan data linguistik dan data DNA manusia, ia mampu menggambarkan migrasi bangsa Austronesia ke Kepulauan Indo Malaysia sebagaimana yang tertuang dalam mahakaryanya, Prasejarah Indo Malaysia.

Dewasa ini para arkeolog juga menggunakan temuan arkeologis berupa sisa-sisa tulang hewan untuk menginterpretasi adanya migrasi manusia.

Baca juga: Sejarah Singkat Pedagang Trotoar di Indonesia dan Dunia

 

Kajian mengenai sisa-sisa tulang hewan ini dalam arkeologi biasa disebut dengan zooarkeologi (zooarchaeology).

Penelusuran terhadap DNA sisa-sisa tulang binatang dari temuan arkeologis dapat mengungkapkan apakah hewan tersebut merupakan hewan native atau bukan.

Hewan native adalah hewan yang menjadi penduduk suatu wilayah atau ekosistem secara alami tanpa campur tangan manusia. Kehadiran hewan melalui proses alami tanpa intervensi manusia.

Keberadaan hewan bukan native di suatu wilayah merupakan hal yang sangat menarik karena mungkin saja eksistensinya tidak lepas dari campur tangan manusia di masa lampau, di mana mobilitas dan migrasi manusia yang turut serta membawa hewan-hewan tersebut.

Tentu saja hal ini harus didukung oleh data pertanggalan absolut dari layer yang mengandung sisa-sisa tulang binatang itu, agar diketahui periode eksistensinya.

Sisa-sisa tulang ayam merupakan objek kajian Arkeologi. Sisa-sisa tulang ayam merupakan objek kajian Arkeologi.

Contoh kasus penyelidikan terhadap sisa-sisa tulang hewan yang menunjukkan adanya indikasi peran manusia dalam membawa hewan-hewan ke suatu wilayah lain yang bukan daerah native-nya adalah penelitian Naomi Sykes dalam artikelnya, 'A social perspective on the introduction of exotic animals: the case of the chicken' yang terbit pada 2012.

Sykes menggunakan hewan ayam untuk menunjukkan telah adanya mobilitas manusia dari Asia Tengara ke Eropa pada masa Neolitik hingga zaman Besi.

Menurut Sykes, ayam (Gallus gallus) sejatinya merupakan hewan native Asia Tenggara, yang dibawa oleh manusia ke Eropa selama periode neolitik hingga zaman Besi dan masih bertahan hingga akhir periode Romawi.

Baca juga: Wayang Golek Masih Diminati, Ini Sejarah dan Filosofinya

Lebih lanjut, Sykes memaparkan bahwa pada mulanya ayam dibawa ke Eropa dengan motivasi sebagai hewan eksotis dan digunakan untuk keperluan ritual seperti sabung ayam.

Hal ini seperti terlihat dari data arkeologi berupa sisa-sisa tulang ayam Jago yang ditemukan di situs-situs arkeologi Eropa seperti situs Mithrea-London, tembok Hadrian-Nortumberland dan Kuil Pemujaan Mercury di Uley, Gloucestershire.

Situs-situs ini berasal dari zaman Besi di Inggris. Selain itu, adanya kegiatan sabung ayam di masa lalu juga tergambar di sebuah mosaik pada bangunan Baptistery yang berasal dari abad ke 6 M di Bulgaria.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com