Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wagub Jabar Mengaku Diminta Para Ulama untuk Evaluasi Rumah Tahfiz

Kompas.com - 18/12/2021, 15:45 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum mengaku pihaknya mendapat dorongan dan masukan dari para ulama atau kiai se Jawa Barat, untuk mengevaluasi rumah-rumah tahfiz di Jabar.

Masukan itu disampaikan kepada Uu di Gedung Sate Bandung pada Jumat (17/12/2021) kemarin.

Menurut Uu, para kiai mendorong agar Pemda Provinsi Jabar dengan Dewan Pengawas Pesantren (DPP) yang akan dibentuk dalam Majelis Masyayikh, bisa mengevaluasi rumah- rumah tahfiz yang berdiri di Jabar.

Masukan tersebut muncul mengingat ada sejumlah rumah tahfiz yang sangat kurang muatan pelajaran keagamaannya. Santri-santri mereka, kata Uu, benar-benar hanya menghafal Al Qur'an.

Padahal, kata dia, materi keagamaan lainnya secara umum tetap harus disampaikan kepada santri, sebagai pelajar yang harus dipahami.

Oleh karena itu, kata dia, para ulama menilai evaluasi diperlukan guna meluruskan sehingga kualitas pendidikan agama di Jabar terjaga, dan bahkan menjadi lebih baik lagi.

"Mereka (ulama/kiai) juga meminta pemerintah mengevaluasi rumah-rumah tahfiz yang mengatasnamakan pesantren, tapi informasi para kiai tidak belajar ilmu yang dipelajari di pesantren yang 12 fan. Hanya 'nalar' (menghapal) Qur'an, tidak diberi pelajaran tentang fikih, tata cara shalat, dan lainnya, karena menurut mereka rumah tahfiz dan pesantren qiroat berbeda," ungkap Pak Uu, sapaan akrabnya, kepada Kompas.com dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/12/2021).

Baca juga: Bentuk Dewan Pengawas Pesantren, Wagub Jabar Kumpulkan Kiai Hingga Ormas Islam

Pak Uu menyebut bahwa pesantren qiroat pada umumnya juga mempelajari tata membaca Al Qur'an, tapi tetap tidak mengabaikan materi pembelajaran lain yang berdasar pada 12 fan ilmu agama. Namun ilmu qiroat adalah spesialisasi pesantren tersebut.

"Kalau dulu pesantren qiroat mempelajari tata cara membaca Al Qur'an dengan lagam dan gaya, teknik dan tajwid, tetapi tidak mengabaikan pelajaran-pelajaran pesantren baik fikih, tasawuf, ilmu nahwu sharaf tapi yang dibesarkan tata cara qiroah," ucap Panglima Santri Jabar.

"Tetapi menurut para kiai banyak yang mengatasnamakan pesantren di dalamnya biasanya sekolah tetapi hanya menghafal Al Qur'an tanpa belajar tata cara ibadah terkadang kiainya pun tidak jelas," tutur Pak Uu.

Oleh karena itu, kata Pak Uu, dalam pertemuan di Gedung Sate kemarin, ia menyebut para ulama atau kiai minta Pemda Provinsi Jabar untuk mengevaluasi rumah-rumah tahfiz yang disinyalir dianggap bukan pesantren seutuhnya.

Baca juga: Berencana Bentuk Dewan Pengawas Pesantren, Wagub Jabar: Bukan Kami Tidak Percaya...

 

Menurut Pak Uu, para ulama dalam pertemuan itu mengusulkan perlu adanya klasifikasi yang lebih jelas lagi sebagai pembeda dengan pesantren sesungguhnya. Ini diperlukan agar masyarakat tidak keliru saat ingin mempercayakan anaknya untuk belajar di lembaga pendidikan agama.

Namun demikian, Pak Uu meyakini tidak semua rumah tahfiz demikian. Tentu masih ada pesantren tahfiz yang memberi pendidikan terbaik kepada para murid atau santrinya.

Karenanya, yang lebih diutamakan adalah evaluasi, guna pengukuran kualitas belajar, dan tujuan yang diharapkan para santri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com