Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Klaim Detoks Kaki Disebut Bisa Tahu Kondisi Kesehatan, Ini Kata Ahli UI dan IPB

Kompas.com - 05/04/2024, 08:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Video detoks kaki yang diklaim bisa menunjukkan kondisi kesehatan, ramai menghiasi lini masa media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun TikTok @hansenbrians99, dan kembali disebarkan di media sosial X (dulu Twitter) melalui akun @BaseBDG, Minggu (31/3/2024).

Tampak dalam unggahan, kaki dimasukkan ke wadah berisi air yang teraliri listrik melalui pelat besi. Tidak berapa lama, air yang semula bening berubah menjadi keruh.

Diklaim jadi tanda kondisi kesehatan

Reaksi kaki dan perubahan warna air disebut menjadi tanda kondisi kesehatan tertentu, sehingga berbeda bagi satu orang dengan orang lainnya.

Misalnya, perekam yang mengaku kakinya terasa sangat gatal dan menyetrum, diklaim tanda pembuluh darah tidak lancar.

Sementara orang lain dengan nihil sensasi menyetrum dan lebih sedikit gatal, dinilai memiliki peredaran darah lancar.

Namun, warganet justru skeptis dan menyebut fenomena tersebut merupakan reaksi elektrolisis, bukan detoksifikasi atau pengobatan tradisional.

"Ada anak kimia euy? Boleh tolong jelasin ini dong supaya orang awam ga mudah iya iya aja (apalagi orang tua)," tulis pengunggah.

Lantas, benarkah peristiwa tersebut merupakan detoks kaki yang bisa menunjukkan kondisi kesehatan?

Baca juga: Bisakah Bernapas dan Berjalan dengan Perahu Terbalik di Dasar Laut seperti Kapten Jack Sparrow? 

Bukan detoks kaki tapi reaksi elektrolisis

Ahli Kimia Universitas Indonesia (UI), Prof Budiawan mengatakan, peristiwa dalam unggahan video merupakan reaksi elektrolisis.

"Pada kasus percobaan tersebut merupakan suatu proses yang terjadi berdasarkan prinsip elektrolisis atau elektrolisa," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/4/2024).

Budiawan menjelaskan, elektrolisis adalah proses mengalirkan arus listrik melalui cairan, yang menghasilkan reaksi kimia. Proses ini terjadi dengan mengubah energi listrik menjadi energi kimia.

Proses elektrolisis memisahkan molekul air menjadi gas hidrogen dan oksigen dengan cara mengalirkan arus listrik ke elektroda tempat larutan elektrolit (air dan katalis) berada.

Air menghantarkan listrik dengan lebih mudah karena sejumlah kecil garam dan mineral yang secara alami terkandung di dalamnya, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan zat besi (Fe).

Menurut Budiawan, selain molekul dalam air, elektroda (penghantar listrik) juga terbuat dari besi.

Besi akan bereaksi dengan garam dan mineral yang terkandung dalam air, kemudian mengoksidasi untuk membentuk besi hidroksida, yang umumnya dikenal sebagai karat.

"Karat ini adalah sumber dari lumpur coklat sebagaimana terlihat dalam video. Proses elektrolisa tersebut terjadi sedemikian rupa dalam air, dengan atau tanpa kaki seseorang yang dimasukkan ke dalamnya sebagiamana percobaan tersebut," terangnya.

Baca juga: Bagaimana Cermin Bisa Tahu Ada Obyek Lain di Balik Suatu Benda?

Halaman:

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com