Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Penampakan Refleksi Sinar Matahari Dekat Sumatera, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 18/03/2024, 12:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah cahaya yang disebut refleksi sinar Matahari, terpantau di dekat Pulau Sumatera pada Minggu (17/3/2024) sore.

Penampakan sinar tersebut diunggah di media sosial X (dulu Twitter) oleh akun @zakiberkata, Minggu.

"Penampakan refleksi sinar Matahari di dekat Sumatera," tulis pengunggah.

Pantauan Kompas.com pada Minggu pukul 16.00, citra satelit cuaca Jepang, Himawari 8, memang menangkap sebuah cahaya atau sinar di dekat Pulau Sumatera.

Sinar tersebut tampak mencolok di antara permukaan sekitar yang didominasi oleh warna biru serta warna putih dari kumpulan awan.

Lantas sebenarnya, sinar apakah itu? Bagaimana dampaknya pada Bumi?

Baca juga: Pulau Jawa Disebut Hilang Tertutup Awan karena Siklon, Sampai Kapan?


Pantulan cahaya Matahari yang ditangkap satelit

Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo mengatakan, sinar terang dekat Sumatera dalam citra satelit Himawari tersebut merupakan refleksi atau pantulan cahaya Matahari ke permukaan laut yang ditangkap oleh satelit.

Menurutnya, hal ini terjadi karena kamera satelit mengarah ke area subsolar satelit, yakni area saat kedudukan Matahari tepat berkebalikan dengan arah pandang kamera.

"Sehingga kamera satelit seakan hendak merekam bayangannya sendiri, tetapi karena ukuran satelit sangat kecil, bayangannya tak terdeteksi," ujar Marufin, saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/3/2024).

Sebaliknya, cahaya Matahari yang terpantul di titik subsolar tersebut jauh lebih mudah terdeteksi oleh kamera satelit.

Marufin menjelaskan, penampakan refleksi sinar Matahari umum dijumpai pada satelit geostasioner yang mengorbit pada ketinggian 35.792 kilometer di atas khatulistiwa, maupun satelit geosinkron dengan orbit 35.792 kilometer di atas paras Bumi mana pun.

Pasalnya, satelit-satelit tersebut memiliki medan pandang lebih luas serta mencakup semua sisi wajah Bumi yang menghadap ke arahnya.

"Syarat mutlak (ada pantulan sinar Matahari), satelit harus memiliki kamera yang bekerja dalam spektrum cahaya tampak," kata Marufin.

Dia menambahkan, citra satelit diambil baru-baru ini pada pekan kedua Maret 2024, sehingga titik subsolar hampir berimpit dengan garis khatulistiwa.

Baca juga: Diprediksi Mundur, Kapan Puncak Musim Kemarau 2024?

Adakah dampaknya?

Marufin menjelaskan, dampak yang dirasakan Bumi bukan dikarenakan kehadiran pantulan sinar Matahari.

Halaman:

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com