KOMPAS.com - Kementerian Pertahanan Jepang mengizinkan tentaranya untuk memiliki rambut lebih panjang mulai April 2024.
Dikutip dari BBC, Minggu (18/2/2024), setelah peraturan tersebut berlaku, Kementerian Pertahanan Jepang memperbolehkan laki-laki memiliki rambut lebih panjang di bagian depan namun tetap pendek di bagian bawah dan samping.
Sementara itu, tentara wanita boleh memiliki rambut panjang selama tidak mengganggu penggunaan helm atau topi.
Rambut panjang yang dimiliki tentara perempuan Jepang harus diikat dan tidak boleh digerai ketika sedang menggunakan seragam dinas.
Aturan ini sudah dikonfirmasi oleh Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara pada pertemuan panel ahli pada Kamis (18/1/2024).
Baca juga: Resesi Seks, 68 Persen Pasutri di Jepang Tidak Berhubungan Intim
Baca juga: Jepang Resmi Alami Resesi Ekonomi, Ini Penyebabnya
Kihara menuturkan bahwa alasannya menerapkan aturan tersebut karena saat ini Jepang sedang menghadapi kekurangan tenaga kerja yang serius.
“Kami (pertahanan negara) menyadari persaingan dengan pihak lain, termasuk sektor swasta, untuk mendapatkan talenta terbaik,” ungkap Kihara, dilansir dari BBC.
Lebih lanjut, Kihara mengatakan bahwa penerapan aturan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan kerja bagi setiap tentara Jepang.
Saat ini Kementerian Pertahanan Jepang tengah menghadapi isu minimnya masyarakat yang mau bergabung sebagai tentara.
Dikutip dari South China Morning Post, Rabu (24/1/2024), hingga Maret 2023, hanya ada 4.300 pria dan wanita yang bergabung dengan militer Jepang dengan kontrak jangka tetap.
Padahal, Jepang menargetkan ada 9.245 pendaftar tentara untuk mengisi posisi yang kosong.
Kekurangan pendaftar tentara pada 2023 merupakan masalah yang paling serius sejak statistik tersebut pertama kali dikumpulkan pada tahun 2009.
Beberapa pengamat memperkirakan jumlah masyarakat yang mendaftar sebagai tentara akan semakin menurun pada 2024.
Padahal, Jepang sendiri kini sedang menghadapi memburuknya keamanan di tingkat regional, dikutip dari Japan Times, Sabtu (17/2/2024).
Hal ini disebabkan oleh pesatnya pembangunan militer China serta perluasan program rudal dan nuklir Korea Utara.
Baca juga: 4 Kebiasaan Sederhana Orang Jepang untuk Menjaga Berat Badan