Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecerdasan Satwa Menggunakan Alat

Kompas.com - 26/01/2024, 19:45 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

CUKUP banyak manusia berpendapat bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang memiliki kecerdasan hingga mampu menggunakan alat.

Mungkin pendapat itu benar terhadap tanaman sebab setahu saya tanaman memang tidak menggunakan alat. (Kecuali bunga yang menggunakan warna dan aroma sebagai alat untuk menarik perhatian para serangga agar menghinggapi sang bunga).

Namun pendapat itu keliru apabila diarahkan ke margasatwa.

Fakta zoologis membuktikan bahwa banyak satwa cukup cerdas sehingga mampu menggunakan alat untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing.

Terutama satwa jenis gagak tersohor mampu menggunakan alat berbentuk kail untuk mengorek makanan yang berada di dalam tanah atau tempat yang tersembunyi.

Bahkan gagak mampu merekayasa alat dengan membengkokkan ujung kayu atau kawat yang semua lurus agar berbentuk kail.

Di Jepang, para gagak mampu memanfaatkan kawasan perempatan jalan raya dengan lampu merah hijau.

Mereka tahu bahwa pada saat lampu berwarna merah, maka mobil yang dikendarai manusia – kecuali yang kriminal -- pasti berhenti.

Pada saat itu para gagak sengaja menjatuhkan benda-benda berkulit keras seperti kerang, kepiting, siput sampai kenari ke kawasan yang akan dilalui mobil pada saat lampu berwarna hijau.

Alhasil para satwa, buah atau benda berkulit keras digilas para mobil sehingga isinya jauh lebih mudah untuk disantap oleh para gagak luar biasa cerdas, bahkan cerdik tersebut.

Kebudayaan Indonesia memiliki dongeng dengan tokoh kancil yang supra cerdas sehingga mampu menaklukkan para satwa yang lebih besar dan lebih kuat ketimbang si kancil.

Untuk sementara ini berdasar penelitian Prof. Dianna Liao di laboratorium fisiologi satwa Universitas Tuebingen, Jerman dapat disimpulkan bahwa gagak bersama simpanze, dolfin, paus, dan oktopus tergolong satwa yang paling cerdas.

Bahkan satwa memiliki daya kecerdasan untuk mengambil keputusan berdasar panduan peraturan, menggunakan bahkan mencipta alat, kesadaran atas angka dan kecerdasan rekursi sebagai kemampuan mengenal sifat struktur di struktur lain.

Rekursi adalah fitur penting dalam kesadaran atas tata bahasa. Dapat disimpulkan bahwa daya rekursi satwa cerdas setara anak manusia berusia empat tahun.

Anjing kami bernama Ceko juga cerdas menggunakan bola secara alat caper (cari perhatian) untuk mengajak kami bermain dengan anjing cerdas tersebut.

Hasil penelitian Prof Dianna Liao memicu tantangan pertanyaan baru bagi para tokoh ilmuwan kecerdasan satwa tentang sejauh mana manusia mampu membina, mendidik serta mengembangkan kecerdasan satwa yang sementara ini masih merupakan cabang ilmu pengetahuan yang belum optimal dikembangkan.

Pertanyaan tersebut absah berdasar fakta manusia sudah mampu membuat apa yang disebut sebagai kecerdasan buatan.

Di sisi lain ada pula kekhawatiran yang belum tentu benar maupun keliru bahwa apabila kecerdasan satwa berkembang secara lepas kendali manusia, maka akan terjadi pemberontakan, bahkan kemudian penindasan margasatwa terhadap umat manusia seperti yang dikhayalkan secara mengerikan pada serial film fiksi ilmiah distopia The Planet of the Apes dan Jurassic ParkThe Fly, serta The Birds.

Namun yang terpenting sebenarnya secara moral manusia bisa belajar kearifan budi-pekerti dan akhlak dari kecerdasan satwa menggunakan alat, yaitu bahwa satwa tidak pernah sesat menafsirkan alat sebagai tujuan seperti yang dilakukan oleh manusia yang tega menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com