Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Dampak Perubahan Iklim, Pesawat di Inggris Pakai Bahan Bakar Tinja

Kompas.com - 16/01/2024, 09:30 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

Sumber CNN,BBC

KOMPAS.com - Demi mengurangi dampak perubahan iklim, perusahaan penerbangan Firefly Green Fuels di Gloucestershire, Inggris, memanfaatkan tinja atau kotoran manusia sebagai bahan bakar pesawat terbang. 

Dinukil dari CNN (5/1/2024), feses atau kotoran manusia bukanlah ide pertama yang digunakan untuk bahan bakar alternatif ramah lingkungan. Sebelumnya, ada inovasi sejenis memanfaatkan minyak lobak. 

Untuk diketahui, inisiatif mencari bahan bakar alternatif untuk pesawat terbang jamak digulirkan beberapa tahun terakhir, salah satunya lewat pengembangan pesawat listrik atau hidrogen.

Menurut data, sektor penerbangan komersial berkontribusi 2,5 persen pada emisi karbon global. Angka tersebut cukup besar dampaknya karena emisi karbon adalah penyebab utama perubahan iklim. .

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memproyeksikan, beragam bahan bakar alternatif pesawat terbang bila digunakan secara masif, bisa efektif menekan emisi karbon dari sektor penerbangan pada 2050 mendatang. 

Ide awal pesawat berbahan bakar tinja

Chief Executive Office (CEO) Firefly Green Fuels, James Hygate mengungkapkan ide awalnya memanfaatkan kotoran manusia untuk bahan bakar pesawat terbang. 

"Kami ingin menggunakan bahan baku bernilai rendah yang jumlahnya sangat melimpah. Tentu saja tinja jumlahnya banyak dan ada di mana-mana," kata Hygate, dikutip dari CNN.

Untuk mewujudukan idenya, sosok yang sebelumnya memanfaatkan biodiesel untuk bahan bakar pesawatnya ini mengatakan, ia menggandeng ahli kimia dari Imperial College, London, Inggris, Dr Sergio Lima.

Dilansir dari BBC, Lima menjelaskan, bahan bakar berbasis feses yang mereka kembangkan menggunakan prinsip net zero.

Net zero adalah kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi

Baca juga: Benarkah Bahan Bakar Sedikit Bisa Merusak Kendaraan? Ini Kata Ahli

Proses pengolahan bahan bakar tinja

Perusahaan Firefly Green Fuels menggunakan proses hydro-thermal liquefaction (HTL) untuk mengolah kotoran manusia.

Proses yang disebut ideal untuk memproses zat limbah ini menggabungkan tekanan tinggi dan suhu panas ke dalam level energi yang rendah.

Melalui proses ini, kotoran manusia yang semula berupa padatan dan memiliki sedikit cairan, bisa diubah menjadi minyak mentah dan biochar.

Biochar adalah arang hayati yang berfungsi untuk menekan kehilangan unsur hara yang dapat menjadi bahan pencemar dalam air.

Sejauh ini, produksi bahan bakar tinja ini masih dalam skala kecil di laboratorium. Akan tetapi, hasil awal eksperimennya cukup menjanjikan.

Berdasarkan hasil analisis independen yang dilakukan oleh peneliti dari sejumlah universitasdi Uni Eropa dan Amerika Serikat, bahan bakar alami ini hampir identik dengan bahan bakar minyak berbasis fosil yang biasanya digunakan untuk pesawat terbang.

Menurut analisis yang dikerjakan Cranfield University di Inggris, bahan bakar ini juga memiliki jejak karbon 90 persen lebih rendah daripada bahan bakar jet standar.

Berkaca dari hasil riset tersebut, Firefly ingin terus mengembangkan bahan bakar tinja untuk pesawat di tahun-tahun mendatang.

Firefly menargetkan pada 2030, produksi bahan bakar tinja untuk pesawat bisa tembus 100.000 ton per tahun. Jumlah tersebut cukup untuk 800 kali penerbangan dari London, Inggris ke New York, AS. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com