Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepanjang 2023, Jumlah Warga Sipil yang Meninggal akibat Bahan Peledak Meningkat 122 Persen

Kompas.com - 10/01/2024, 10:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan amal Action on Armed Violence (AOAV) yang berbasis di London, Inggris merilis laporan kekerasan bahan peledak global sepanjang 2023 pada Senin (8/1/2024).

Dalam laporannya, AOAV mencatat peningkatan 122 persen kematian warga sipil akibat bahan peledak pada 2023.

Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh konflik bersenjata Hamas-Israel di Gaza sejak Oktober lalu.

Selain itu, mereka juga mencatat konflik di Ukraina, Sudan, dan Myanmar juga berkontribusi pada jumlah tersebut.

Pada 2023, AOAV mengidentifikasi setidaknya 7.307 insiden ledakan di seluruh dunia. Jumlah itu naik dari 4.322 insiden yang tercatat pada tahun sebelumnya.

Ledakan itu kemudian mengakibatkan kematian sedikitnya 15.305 warga sipil, meningkat 122 persen dibandingkan 2022.

Baca juga: Militer Israel Dibayang-bayangi Infeksi Jamur Mematikan, Tewaskan Seorang Tentara

Israel, aktor negara paling merugikan

Secara keseluruhan, aktor negara adalah pihak yang bertanggung jawab atas 77 persen korban sipil yang disebabkan oleh bahan peledak.

AOAV menyatakan, Israel merupakan aktor negara yang paling menimbulkan kerugian sepanjang 2023, dengan lebih dari 1.000 serangan yang menyebabkan 12.950 korban sipil

Karena itu, badan amal tersebut menggambarkan perang di Gaza sebagai penyebab utama lonjakan jumlah korban sipil yang mencapai sekitar sepertiga dari total korban jiwa secara global.

Rusia berada di urutan kedua, dengan perang di Ukraina yang menyebabkan 8.351 korban sipil.

Aktor non-negara seperti militan dan kelompok terlarang, juga berada di balik peningkatan penggunaan senjata peledak pada 2023.

Namun, mereka mencatat, jumlah warga sipil yang tewas oleh aktor non-negara itu turun sebesar delapan persen.

Baca juga: 80 Jenazah Warga Palestina Dikembalikan Israel ke Gaza

Metode serangan yang digunakan

Setidaknya, ada tiga metode atau jenis serangan yang digunakan hingga memakan korban jiwa dari bahan peledak.

Metode serangan yang dimaksud adalah serangan udara, serangan yang diluncurkan dari darat, serta Improvised Explosive Devices (IEDs).

Berikut rinciannya:

  • Serangan udara
    • Jumlah insiden: 2.694
    • Jumlah korban sipil: 16.318
  • Serangan yang diluncurkan dari darat
    • Jumlah insiden: 3.544
    • Jumlah korban sipil: 11.659
  • Alat peledak yang Diimprovisasi
    • Jumlah insiden: 1.167
    • Jumlah korban sipil: 2.953

Baca juga: Proyek Ambisius Israel, Berencana Bangun Tandingan Terusan Suez yang Lewati Gaza

Negara dengan korban paling banyak

Dalam laporannya, AOAV mencatat satu kematian atau cedera akibat penggunaan senjata peledak terjadi di 64 negara pada 2023, naik dari 60 negara pada 2022.

Sementara, ada 10 negara dan wilayah yang terkena dampak paling parah akibat kekerasan bahan peledak pada 2023, yaitu:

  1. Gaza: 12.950 orang
  2. Ukraina: 8.351 orang
  3. Sudan: 2.546 orang
  4. Myanmar: 2.165 orang
  5. Suriah: 1.801 orang
  6. Somalia: 1.327 orang
  7. Pakistan: 869 orang
  8. Yaman: 464 orang
  9. Israel: 420 orang
  10. Rusia: 379 orang

Baca juga: Israel Disebut Pakai Fosfor Putih Saat Bombardir Gaza, Senjata Apa Itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com