Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko dan Efek Samping Operasi Sedot Lemak

Kompas.com - 25/11/2023, 08:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sedot lemak adalah salah satu metode menghilangkan lemak di area tubuh tertentu dalam waktu singkat. Biasanya dilakukan di bagian perut, bokong, dan paha.

Metode ini dilakukan untuk mengurangi berat badan berlebih ketika diet sudah tidak berhasil.

Namun, seorang aktris film Air Terjun Pengantin, Nanie Darham dikabarkan meninggal dunia usai menjalani operasi sedot lemak di klinik kecantikan Jakarta Selatan pada Oktober 2023.

Dia diduga menjadi korban malapraktik operasi sedot lemak.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (24/11/2023), kuasa hukum keluarga korban, Hartono Tanuwidjaja mengatakan, Nanie melakukan sedot lemak dua bulan setelah melahirkan anak bungsunya.

Sebelumnya, dokter kandungannya menyarankan agar Nanie melakukan sedot lemak minimal 6 bulan setelah bersalin.

Namun, setelah berkonsultasi ke klinik kecantikan, Nanie tergoda untuk mempercepat operasi sedot lemaknya.

Lantas, apa efek samping operasi sedot lemak?

Sedot lemak setelah melahirkan

Spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn) dari RS Brawijaya Antasari, Dinda Derdameisya menjelaskan, sedot lemak setelah melahirkan dilakukan 3-4 bulan pascapersalinan.

"Bahkan sampai di atas 6 bulan ya kalau dari literatur," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (24/11/2023).

Dinda mengatakan, hal itu karena pascapersalinan seorang ibu masih membutuhkan waktu untuk proses pemulihan, terutama pada organ-organ tubuhnya hingga lemaknya.

"Organ tubuh ibu hamil, lemaknya, dan pembuluh darahnya besar-besar karena hormon. Dia membutuhkan waktu untuk recovery," jelasnya.

Baca juga: Mengenal soal Sedot Lemak, Manfaat, Risiko, dan Biayanya

Efek samping operasi sedot lemak

Dikutip dari Healthline, sedot lemak memiliki beberapa risiko yang bisa terjadi pada saat operasi dan setelah operasi. Berikut di antaranya:

1. Risiko sedot lemak saat operasi:

  • Luka tusukan atau cedera pada organ lain.
  • Komplikasi anestesi.
  • Luka bakar dari peralatan, seperti probe ultrasound.
  • Kerusakan saraf.
  • Syok.
  • Kematian.

2. Risiko sedot lemak setelah prosedur:

  • Gumpalan darah di paru-paru.
  • Terlalu banyak cairan di dalam paru-paru.
  • Gumpalan lemak.
  • Infeksi.
  • Perdarahan di bawah kulit.
  • Cairan yang bocor di bawah kulit.
  • Pembengkakan.
  • Kematian sel-sel kulit.
  • Reaksi terhadap anestesi dan obat lain.
  • Masalah jantung dan ginjal.
  • Kematian.

Baca juga: 5 Minuman yang Bisa Membakar Lemak Perut Lebih Cepat

3. Risiko sedot lemak saat proses pemulihan:

  • Masalah dengan bentuk atau kontur tubuh.
  • Kulit bergelombang, berlesung pipit, atau bergelombang.
  • Mati rasa, memar, nyeri, bengkak, dan pegal.
  • Infeksi.
  • Ketidakseimbangan cairan.
  • Muncul bekas luka.
  • Perubahan sensasi dan perasaan kulit.
  • Perubahan warna kulit.
  • Masalah dengan penyembuhan.

Sedot lemak juga bisa menimbulkan efek samping untuk jangka panjang.

Beberapa orang mengalami kerusakan saraf permanen dan perubahan pada sensasi kulit.

Selain itu, orang yang menjalani operasi sedot lemak juga memicu munculnya lekukan di area yang disedot atau kulit yang bergelombang dan tidak kunjung hilang.

Jika setelah operasi sedot lemak, berat badan naik, lemak akan muncul lebih dalam di bawah kulit dan berbahaya jika menumpuk di sekitar hati dan jantung.

Baca juga: Jalan Kaki Bisa Turunkan Massa Lemak Tubuh hingga 10 Persen, Begini Caranya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com