Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah FOMO, Kini Muncul Fenomena FOPO, Apa Itu?

Kompas.com - 13/11/2023, 20:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan, kata FOPO mulai ramai digunakan di media sosial. Istilah itu muncul menyusul FOMO atau fear of missing out yang sudah lebih dulu ramai digunakan warganet.

Dikutip dari laman UGM, istilah FOPO dikaitkan dengan kondisi psikologis seseorang.

Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), T. Novi Poespita Candra mengatakan, fenomena FOPO menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan.

“Ditambah dengan penggunaan media sosial menjadi salah satu pemicu orang-orang mengalami FOPO. Melalui media sosial ini pendapat orang semakin terbuka, imagenya terbuka, meskipun ada beberapa orang yang memang selalu khawatir dengan pendapat orang sejak dulu,” terang dia.

Lantas, apa itu FOPO?

Arti kata FOPO

FOPO adalah singkatan dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu Fear of Other People's Opinion atau ketakutan terhadap pendapat orang lain.

Dalam buku berjudul The First Rule of Mastery, Gervais menjelaskan, FOPO adalah kekhawatiran seseorang terhadap apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Fenomena ini sangat umum terjadi.

Namun, ketakutan tersebut bisa menjadi obsesi yang tidak rasional, tidak produktif, dan tidak sehat. Gervais menilai, FOPO dapat menjadi penghambat terbesar bagi potensi diri seseorang.

"Efek negatifnya menjangkau semua aspek kehidupan kita," kata dia, dikutip dari Katie Couric.

FOPO ditandai dengan kesiapan sosial dalam kondisi sangat waspada. Hal itu ditunjukkan dengan kepekaan yang tinggi terhadap sinyal-sinyal penolakan.

Mereka yang mengalami FOPO bukan menghindari opini negatif dari seseorang terhadap dirinya. Melainkan adanya rasa takut pada opini tersebut.

Baca juga: Tiket Konser Coldplay Habis Dikaitkan dengan FOMO, Fenomena Apa Itu?

Penyebab FOPO

Psikolog UGM, T. Novi Poespita Candra menyampaikan, FOPO bisa muncul dari pembentukan budaya feodalisme dan pendidikan.

“Budaya feodal misalnya senior mengatur persepsi publik ini. Lalu, soal konfromitas, dari kecil anak-anak diajari punya pemikiran selalu sama, jika berbeda sedikit saja akan dibilang aneh karena sudah dibiasakan dengan keseragaman,” kata dia.

Di sisi lain, sistem pendidikan di Indonesia yang berupaya menyeragamkan semua individu juga bisa memicu timbulnya FOPO.

Pasalnya, mereka akan cenderung lebih mementingkan pendapat orang lain tentang dirinya dibandingkan pendapat mereka sendiri.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com