Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Negara yang Hentikan Impor Makanan Laut dari Jepang, Mana Saja?

Kompas.com - 27/08/2023, 21:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jepang telah mulai membuang air limbah nuklir olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi ke Samudera Pasifik.

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (25/8/2023), operator pabrik Tokyo Electric Power Company (Tepco) telah mengonfirmasi pembuangan air limbah nuklir tersebut mulai diaktifkan pada Kamis (24/8/2023) sekitar pukul 13.00 waktu setempat.

Diketahui, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas atom Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah menyetujui pembuangan air limbah nuklir tersebut.

Mereka menyatakan bahwa pembuangan air limbah olahan nuklir itu telah memenuhi standar keselamatan internasional yang berlaku.

Baca juga: Imbas Limbah Nuklir, Amankah Mengonsumsi Makanan Laut dari Jepang?


Baca juga: Alasan Mengapa Rusia Rebut Chernobyl dari Ukraina

Daftar negara yang hentikan impor makanan laut Jepang

Akibat dari pembuangan air limbah nuklir olahan tersebut, beberapa negara tetangga Jepang telah melayangkan protes dan mendesak untuk menghentikan pelepasan limbah olahan ini.

Selain itu, beberapa negara juga telah menghentikan impor makanan laut dan produk akuatik yang berasal dari Jepang. 

Berikut negara-negara yang menghentikan impor makanan laut dari Jepang:

1. China

China menjadi salah satu negara yang mengecam tindakan Jepang atas pembuangan air limbah nuklir tersebut.

Dikutip dari Kyodo News, setelah adanya usaha Jepang membuang limbah PLTN Fukushima ke Samudera Pasifik, China mengumumkan larangan menyeluruh terhadap semua produk akuatik dari Jepang.

Otoritas bea cukai China mengatakan bahwa mereka sangat prihatin dengan risiko kontaminasi radiasi setelah pelepasan air limbah itu dan telah memperkuat pembatasan impor makanan dari Jepang untuk "melindungi kehidupan dan kesehatan masyarakat."

Baca juga: Profil Haruki Noguchi, Pebalap Jepang yang Meninggal Usai Kecelakaan di Mandalika

Selain itu, makanan selain produk laut yang diimpor dari Jepang juga diharapkan akan dikenakan kontrol yang lebih ketat.

Kementerian Luar Negeri China sangat mengutuk pembuangan limbah nuklir tersebut dan mengajukan protes serius. Mereka menyebutnya sebagai tindakan yang sangat egois dan tidak bertanggung jawab.

Kementerian Ekologi dan Lingkungan China berjanji untuk melacak dan mengevaluasi kemungkinan dampak pelepasan air Jepang di wilayah lautnya.

Baca juga: Benarkah Banyak Makan Ikan Menaikkan Risiko Kanker?

2. Hong Kong

Seorang aktivis memegang poster yang diterjemahkan sebagai Air yang terkontaminasi nuklir - Hentikan pembuangan saat dia dan yang lainnya memprotes rencana pelepasan air limbah dari PLTN Fukushima yang dilanda bencana di Jepang ke Pasifik, di luar Balai Kota di Seoul pada Selasa (22/8/2023). Itu terjadi setelah Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengumumkan bahwa pembuangan limbah PLTN Fukushima akan dimulai pada tanggal 24 Agustus. AFP/ANTHONY WALLACE Seorang aktivis memegang poster yang diterjemahkan sebagai Air yang terkontaminasi nuklir - Hentikan pembuangan saat dia dan yang lainnya memprotes rencana pelepasan air limbah dari PLTN Fukushima yang dilanda bencana di Jepang ke Pasifik, di luar Balai Kota di Seoul pada Selasa (22/8/2023). Itu terjadi setelah Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengumumkan bahwa pembuangan limbah PLTN Fukushima akan dimulai pada tanggal 24 Agustus.
Selain China, Hong Kong juga telah menghentikan impor makanan laut dari sejumlah wilayah di Jepang dan telah membentuk tim pemerintah khusus untuk memantau serta meninjau larangan impor beberapa makanan laut Jepang.

Larangan impor Hong Kong ini berlaku mulai Kamis (24/8/2023), di 10 wilayah termasuk Tokyo, Fukushima, Chiba, Gunma, Tochigi, Ibaraki, Miyagi, Niigata, Nagano, dan Saitama.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com