KOMPAS.com - Lukisan berjudul "Judgement of Cambyses" dan "Flaying of Sisamnes" yang berada di Museum Groeninge, Bruges, Belgia memiliki cerita yang tidak biasa.
Dua lukisan tersebut merupakan karya seorang pelukis asal Belanda, Gerard David pada 1498.
David menggambarkan peristiwa saat seorang hakim di Persia bernama Sisamnes dikuliti hidup-hidup oleh Raja Cambyses II karena melakukan korupsi.
Peristiwa tersebut berasal dari buku The Histories karya Herodotus. Ia merupakan sejarawan Yunani Kuno pada sekitar 425 Masehi.
Dalam bukunya, Herodotus menuliskan hukuman yang dialami Sisamnes. Cerita tersebut lantas menjadi inspirasi bagi Gerard David membuat lukisan "Judgement of Cambyses" dan "Flaying of Sisamnes".
Dua lukisan tersebut menjadi peringatan untuk pejabat negara-negara pada abad pertengahan agar tidak melakukan korupsi jika tidak ingin dihukum dengan kejam.
Dilansir dari Opera News, Herodotus dalam bukunya menceritakan seorang hakim bernama Sisamnes pada 500 Sebelum Masehi. Hakim ini menjabat di Kerajaan Persia.
Pada masa pemerintahan Raja Cambyses II, Sisamnes menerima suap dan memberikan keputusan yang tidak adil. Perilaku korup ini diketahui oleh raja.
Ia kemudian bertanya kepada sang hakim, siapa orang yang akan dipilih untuk menggantikannya bertugas di pengadilan.
Sisamnes memilih putranya yang bernama Otanes.
Raja Cambyses II memang mengangkat Otanes sebagai hakim baru. Namun, sebelumnya ia menangkap dan menguliti Sisamnes hidup-hidup.
Kulit Sisamnes kemudian dijadikan penutup kursi tempat Otanes duduk saat bertugas di pengadilan untuk menjadi pengingat agar bersikap adil dan tidak korupsi.
Baca juga: Bison Eropa yang Punah pada Abad Pertengahan, Kini Kembali Terlahir di Swiss
Meski begitu, penelitian yang dilakukan oleh Mireille J. Pardon, seorang pakar dari Medieval Institute, University of Notre Dame, AS mengungkapkan sebaliknya.
Hukuman pada abad pertengahan tidak sekejam itu.