KOMPAS.com - Kualitas udara di sejumlah daerah Indonesia saat ini berada dalam kategori "tidak sehat".
Buruknya kualitas udara tersebut salah satunya diakibatkan lantaran banyaknya polutan penyebab polusi udara.
Berdasarkan data dari IQAIR pada Jumat (11/8/2023) pukul 18.17 WIB, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten memiliki kualitas udara terburuk dengan skor 166 AQI US.
Selain Tangerang Selatan, Serang dan Tangerang di provinsi yang sama juga memiliki kualitas udara buruk. Wilayah lain dengan polusi udara tinggi adalah Pontianak dan Terentang di Kalimantan Barat, serta Palembang, Jakarta, Makassar, dan Surabaya.
Untuk mengurangi polusi, masyarakat dapat menanam berbagai tanaman hias yang terbukti dapat menyerap polutan di udara. Tak hanya itu, tanaman ini dapat menghasilkan oksigen bagi makhluk hidup.
Baca juga: 10 Penyakit yang Bisa Disebabkan oleh Polusi Udara, Apa Saja?
Baca juga: Tanaman Hias yang Bisa Digunakan sebagai Obat
Berikut sejumlah tanaman hias yang dapat berfungsi sebagai penyerap polutan untuk membersihkan polusi udara:
Dikutip dari Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian (Kementan), bunga kembang sepatu dapat ditanam untuk mengatasi polusi udara.
Tanaman hias ini ampuh menyerap kandungan nitrogen dari udara.
Bunga bougenville atau bungenvil merah termasuk tanaman hias yang dapat menyerap polutan penyebab polusi udara.
Bunga ini akan menyerap racun nitrogen dioksida penyebab polusi. Jika terhirup, zat ini dapat menyebabkan batuk, iritasi, kesulitan bernapas, bahkan kematian.
Baca juga: Viral Langit Merah di Muaro Jambi, Ada Apa?
Tanaman soka atau asoka dapat mendekomposisi zat formaldehida yang berasal dari asap rokok.
Dikutip dari situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemenlhk), paparan senyawa tersebut dapat menyebabkan masalah pada saluran pernapasan dan ginjal, bahkan berpotensi mematikan.
Tanaman hanjuang memiliki manfaat untuk menyerap bahan berbahaya, seperti trikloroetilen dan benzena penyebab kanker, serta nitrogen dioksida.
Bunga lili mampu menyerap racun berbahaya yang ada di udara.
Senyawa beracun tersebut antara lain berupa formaldehida, trikloroetilen, dan aseton yang menyebabkan iritasi, keracunan, bahkan kanker.