Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Makanan Homo Sapiens Sekitar 170.000 Tahun Lalu?

Kompas.com - 29/07/2023, 10:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Homo sapiens atau manusia cerdas merupakan manusia purba yang telah mengalami evolusi selama ribuan tahun.

Memiliki sifat layaknya manusia modern, manusia jenis ini telah menggunakan akal dan mampu membuat peralatan sehari-hari.

Sama seperti manusia purba lain, Homo sapiens sekitar 170.000 tahun lalu menjalani kehidupan sederhana dengan berburu dan mengumpulkan makanan.

Manusia jenis ini juga tergolong kelompok pemburu-pengumpul, yakni masyarakat dengan metode bertahan hidup dengan menjelajah mencari hewan buruan atau tumbuhan untuk dimakan.

Lantas, apa yang dimakan Homo sapiens sekitar ratusan ribu tahun lalu?

Baca juga: Gletser Tertua Berumur 2,9 Miliar Tahun Ditemukan Tersembunyi di Bawah Ladang Emas Afrika Selatan


Homo sapiens makan siput darat besar

Sebuah studi dalam Quaternary Science Reviews pada 15 April 2023 menunjukkan, Homo sapiens mengumpulkan siput darat besar dan memangganggnya untuk dikonsumsi.

Sebelumnya, bukti tertua Homo sapiens memakan siput darat diperkirakan berasal dari 49.000 tahun lalu di Afrika, dan 36.000 tahun lalu di Eropa.

Namun, puluhan ribu tahun sebelumnya, orang-orang di Afrika ternyata lebih dulu memanggang hewan berlendir dan penuh gizi ini.

Penemuan ini berasal dari analisis fragmen cangkang yang digali di Border Cave, sebuah gua di kawasan Afrika Selatan.

Dikutip dari laman Science News (3/4/2023), analisis tersebut menunjukkan bahwa kelompok pemburu-pengumpul secara berkala menempati lokasi untuk memanaskan siput darat besar di atas bara api.

Selesai memanaskan, manusia cerdas pun mengonsumsi siput yang tumbuh hingga sebesar tangan orang dewasa itu.

Baca juga: Bagaimana Wujud dan Kondisi Bumi Saat Manusia Punah?

Konsumsi siput sejak 170.000 tahun lalu

Ahli kimia dari Royal Institute for Cultural Heritage Belgia, Marine Wojcieszak menjelaskan, kelezatan dan ukuran super menjadi sangat populer sekitar 160.000 dan 70.000 tahun yang lalu.

Bukan hanya itu, jumlah potongan cangkang siput yang digali secara substansial juga lebih besar di lapisan sedimen yang berasal dari periode waktu ini.

Oleh karenanya, penemuan baru di Border Cave ini menantang gagasan yang menyatakan kelompok manusia tidak mengonsumsi siput darat sampai zaman es berakhir, sekitar 15.000 hingga 10.000 tahun lalu.

Menurut Wojcieszak, jauh sebelum masa itu, kelompok pemburu-pengumpul di Afrika bagian selatan telah menjelajahi perdesaan untuk mengumpulkan siput darat besar.

Halaman:

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com