KOMPAS.com – Unggahan disertai video soal tanaman di Dieng, Jawa Tengah diselimuti embun es, viral di media sosial.
Unggahan itu ditayangkan oleh akun Twitter ini pada Senin (17/7/2023).
Selain menampilkan tanaman yang diselimuti es, pengunggah juga menunjukkan termometer dengan suhu di bawah lima derajat Celsius.
“Dieng pagi ini Membeku kembali
Suhu di termometer menunjukkan angka minus 5’C. Suhu di aplikasi Dieng minus 1,77’C. Yang mau ke gunung sekitar Dieng… perisapankan semuanya,” tulis pengunggah.
Dieng pagi ini Membeku kembali
Suhu di termometer menunjukkan angka minus 5'C. Suhu di aplikasi cuaca Dieng minus 1,77'C. Yang mau ke gunung sekitar Dieng... persiapankan semuanya????
Source @cantrik_alit. pic.twitter.com/TnMAkQxr5a
— Info Jateng (@Jateng_Twit) July 17, 2023
Hingga Selasa (18/7/2023) siang, unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 90.900 kali dan mendapat 1.066 suka.
Baca juga: Penjelasan BMKG soal Suhu Dingin Malam dan Pagi Hari di Musim Kemarau
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Sutikno mengatakan, fenomena itu dikenal sebagai frost atau embun beku.
“Berbeda dengan salju yang terbentuk sebagai partikel presipatasi di atmosfer, embun beku merupakan fenomena munculnya butiran es di permukaan,” kata Sutikno kepada Kompas.com, Selasa (18/7/2023).
Kendati demikian, masyarakat sekitar lebih mengenal fenomena tersebut sebagai embun upas.
Sutikno menuturkan, fenomena tersebut umumnya terjadi pada musim kemarau setiap tahunnya.
“Fenomena ini bukanlah kejadian luar biasa dan umumnya terjadi di musim kemarau (Juni - September),” tuturnya.
“Terkadang, fenomena ini juga terjadi pada Bulan Mei, namun mulai intens dan sering diamati mulai Bulan Juni dan puncaknya di Bulan Agustus,” lanjutnya.
Baca juga: Suhu Dingin Akhir-akhir Ini Disebut Terjadi karena Aphelion, BMKG: Tidak Berpengaruh
Berikut penjelasan rinci Sutikno mengenai penyebab munculnya fenomena embun beku atau embun upas di Dieng:
Secara klimatologis, tekanan udara pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) lebih tinggi di Benua Australia (tekanan tinggi) dibandingkan Benua Asia (tekanan rendah).
Angin yang berhembus dari Australia menuju Asia melewati Indonesia umumnya menandai dimulainya periode musim kemarau seiring dengan aktifnya monsun Australia.
Tutupan awan diketahui sangat minimal saat musim kemarau, sehingga radiasi yang dipancarkan balik oleh permukaan bumi pada malam dan siang hari optimal.