Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Suodiu, Hidangan Paling Keras di Dunia dari Batu

Kompas.com - 25/06/2023, 10:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada beragam makanan khas yang tersebar di setiap negara. Kekhasan ini bisa berasal dari bentuk makanan, rasa, dan cara memasaknya.

Salah satu makanan atau hidangan khas yang ada di Provinsi Hubei, China adalah suodiu.

Dikutip dari CNN, suodiu merupakan tumisan tradisional yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya.

Baca juga: Makanan dan Minuman yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Setelah Makan Pepaya

Karena itu, tumisan ini dijuluki sebagai hidangan paling keras di dunia dan memicu keingintahuan warga.

Pelanggan harus mengisap batu-batu kecil untuk menikmati rasa hidangan yang kaya dan pedas ini.

Mereka diinstruksikan untuk menyedot rasa, lalu memuntahkan batunya. Karena itu, nama hidangan ini disebut suodiu yang berarti "hisap dan buang".

Baca juga: Cocok untuk Diet, Berikut Daftar Makanan Nol Kalori

Baca juga: Perjalanan Nasi Goreng, Lahir di Selatan China hingga Terbang ke Berbagai Benua

Sajian batu dengan rasa

Video pengguna internet yang mengambil sampel suodiu bermunculan di seluruh platform media sosial China selama seminggu terakhir.

Mereka juga menunjukkan bagaimana pedagang kaki lima PKL) memasak hidangan yang tidak biasa.

Penjual menuangkan minyak cabai ke kerikil di atas panggangan, menaburkan saus bawang putih di atasnya, lalu menumis semuanya dengan campuran siung bawang putih dan paprika potong dadu.

Baca juga: Mengapa Sajian yang Dimasak dengan Kayu Bakar Terasa Lebih Lezat?

Saat mereka menyiapkan bahan-bahan, koki pinggir jalan ini terkadang menceritakan setiap gerakan mereka dengan puisi.

Pelanggan kemudian disajikan batu rasa dalam kotak seukuran telapak tangan. Setiap porsi dihargai 16 yuan atau sekitar Rp 240.000.

Suodiu diyakini berasal dari ratusan tahun yang lalu.

Baca juga: Dicampur ke Nasi Goreng, Amankah Makanan Kucing Dikonsumsi Manusia?

Kerikil dengan rasa seperti ikan

Kerikil tersebut kabarnya memiliki rasa seperti ikan, yang semakin disempurnakan melalui proses penggorengan dengan bumbu, dikutip dari Times of India.

Suodiu erat kaitannya dengan masyarakat Tujia, etnis minoritas yang tinggal di dekat pegunungan Wuling, berbatasan dengan Hubei, Hunan, dan Guizhou.

Hidangan ini diturunkan dari generasi ke generasi oleh tukang perahu melalui sejarah lisan mereka.

Baca juga: Ikan Wader Terancam Punah, Apa Sebabnya?

Dulu, tukang perahu bisa terdampar di tengah sungai dan kehabisan makanan saat mengantarkan barang.

Untuk menemukan kebahagiaan dalam kepahitan, mereka akan menemukan batu yang dimasak dengan bumbu lain.

Namun, karena frekuensi tukang perahu yang terdampar di sungai menurun seiring waktu, popularitas hidangan unik ini berkurang.

Baca juga: Ramai soal Dialog Unik SpongeBob, Ini Kutipan yang Populer dan Profil Penciptanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Temuan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT

6 Temuan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT

Tren
63 Persen Wilayah Masuk Kemarau Mei-Agustus, BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Mengintai

63 Persen Wilayah Masuk Kemarau Mei-Agustus, BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Mengintai

Tren
El Nino Berpotensi Digantikan La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

El Nino Berpotensi Digantikan La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Analisis Gempa M 6,5 di Garut, BMKG: Bukan Megathrust

Analisis Gempa M 6,5 di Garut, BMKG: Bukan Megathrust

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Tren
7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

Tren
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

Tren
7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com