Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Syok Sepsis, Penyebab Fajri Pria Berbobot 300 Kg Meninggal?

Kompas.com - 23/06/2023, 11:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Muhammad Fajri, pria berbobot hampir 300 kilogram (kg) meninggal dunia akibat syok sepsis.

Spesialis anestesi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Sidharta Kusuma Manggala mengatakan, infeksi di kaki Fajri semakin berat disertai infeksi di bagian paru-paru.

"Infeksi ini bisa kita bilang sebagai syok sepsis," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, diberitakan Antara, Kamis (23/6/2023).

Kondisi saat sampai RSCM

Menurut Sidharta, kondisi Fajri saat datang ke RSCM dalam kondisi tidak baik, dengan sesak napas berat hingga membutuhkan bantuan pernapasan berupa pemasangan ventilator.

Selama di rumah sakit, infeksi kakinya juga semakin parah seiring dengan infeksi pada bagian paru-paru yang menandakan telah terjadi syok sepsis.

Sidharta menjelaskan, syok sepsis adalah kejadian saat terjadi respons tubuh terhadap infeksi berat.

Ciri masalah kesehatan ini, antara lain kegagalan organ tubuh pada jantung dan ginjal Fajri, serta kinerja pembuluh darah yang mulai menurun.

Lantas, apa penyebab dan gejala syok sepsis?

Baca juga: Kisah Fajri, Pria Berbobot 300 Kg yang Meninggal Saat Berjuang Melawan Obesitas


Penyebab syok sepsis

Dilansir dari Cleveland Clinic, syok sepsis adalah tahap terakhir dan paling parah dari sepsis, kondisi saat sistem kekebalan tubuh mengeluarkan reaksi ekstrem terhadap suatu infeksi.

Ketika mengalami infeksi, sistem kekebalan tubuh akan melawannya dengan cara peradangan.

Namun, peradangan di seluruh tubuh dapat menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya dan mengancam jiwa penderita.

Setiap infeksi dapat menyebabkan sepsis dan berkembang menjadi kondisi lebih parah atau syok sepsis.

Menurut laman Healthline, sepsis dapat terjadi akibat infeksi bakteri, jamur, maupun virus.

Infeksi ini kemungkinan berasal dari rumah atau saat pasien berada di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan masalah kesehatan lain.

Syok sepsis, umumnya berkembang dari sejumlah kondisi berikut ini:

  • Infeksi perut atau sistem pencernaan
  • Infeksi paru-paru seperti pneumonia
  • Infeksi saluran kemih
  • Infeksi sistem reproduksi.

Pasien dengan kondisi kesehatan tertentu lebih mungkin terkena sepsis daripada orang lain.

Misalnya, orang-orang dengan sistem kekebalan lemah karena Human Immunodeficiency Virus atau HIV, kondisi autoimun, sirosis hati, penyakit ginjal, serta kanker.

Bayi baru lahir, lansia, dan orang hamil juga lebih rentan terhadap sepsis daripada kelompok orang lainnya.

Selain itu, beberapa faktor ini turut meningkatkan terjadinya syok sepsis:

  • Pulih dari operasi atau berada di rumah sakit untuk waktu yang lama
  • Orang dengan diabetes
  • Terpapar perangkat seperti kateter intravena, kateter urin, atau tabung pernapasan, yang dapat memasukkan bakteri ke dalam tubuh
  • Mengonsumsi obat imunosupresan.

Baca juga: Bisa Memicu Kematian, Ini 7 Bahaya Obesitas yang Harus Diwaspadai

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com