Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M. Eng, CISA, ATD
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

ChatGPT pada Sektor Perbankan Indonesia (Bagian I)

Kompas.com - 13/06/2023, 14:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BAHASAN terkait kedahsyatan ChatGPT, rasanya sudah banyak dikupas. Namun, di sisi lain dunia dikejutkan dengan berbagai kasus dan dampak negatif yang mulai bermunculan karena ChatGPT.

Mulai dari penerobosan Security & Privacy, pertanyaan besar mengenai bagaimana sebenarnya ChatGPT di-training sehingga ChatGPT secara mendasar tidak explainable (tidak bisa dijelaskan), jawaban-jawaban salah dengan dampak besar hingga berpotensi catastrophic yang degenerate oleh ChatGPT.

Kemudian, karakter bias gender dan berbagai bias lain, kekhawatiran ChatGPT mengambil alih lapangan kerja, tantangan ChatGPT terhadap pendidikan.

Selain itu, sudah ada kelompok yang berhasil men-jailbreak ChatGPT sehingga bisa digunakan untuk hal-hal yang merusak, dan the last but not least, misalnya, ChatGPT dan industri yang menguasainya menyedot kekuatan yang terlalu besar dan semakin besar sehingga berpotensi menciptakan blackhole kekuatan dalam kehidupan manusia di bumi ini.

Salah satu dampak negatif serius yang dalam skala mikro di suatu perusahaan perlu diperhitungkan adalah kemungkinan munculnya berbagai tuntutan hukum yang bisa muncul karena ketidakakuratan yang menjadi karakteristik dasar ChatGPT.

Mengutip BBC.com, seorang wali kota Australia memulai proses hukum dan mengatakan dia dapat mengambil tindakan hukum atas informasi palsu yang dibagikan oleh chatbot canggih ChatGPT.

Brian Hood, Wali Kota Hepburn Shire Council, mengatakan, alat milik OpenAI itu secara keliru mengklaim dia dipenjara karena penyuapan saat bekerja untuk anak perusahaan bank nasional Australia.

Sebagai akademisi yang bergerak dalam bidang konsultan TIK khususnya bagi industri keuangan dan perbankan Indonesia selama belasan tahun ini, penulis tertarik menelah hal-hal berikut: peluang, risiko, dan tantangan dari ChatGPT khususnya dan kecerdasan buatan (AI/Artificial Intellegence) secara umum bagi industri perbankan-keuangan di Indonesia.

Peluang ChatGPT di Industri Perbankan

Kita awali dengan peluang bisnisnya sebanyak empat poin. Pertama, telah dan terus hadirnya chatbot customer service yang lebih baik segalanya dari layanan sejenis sebelumnya terutama dalam menjawab pertanyaan konsumen yang berulang.

Model ChatGPT dapat diintegrasikan ke dalam chat interface di aplikasi atau laman, serta dapat dilatih pada dataset yang memuat interaksi customer service untuk meningkatkan pemahamannya terhadap pertanyaan tertentu.

Benefitnya selain bisa hadir setiap detik (24/7 availability), juga memiliki kekuatan dalam otomisasi, konsistensi, skalabilitas, konklusi, hingga translansi.

Kedua, bisa menghadirkan advisor keuangan personal. Mirip dengan robo-advisor, ChatGPT dapat memberikan saran keuangan secara khusus serta melakukan real-time data analysis dalam menyediakan insight yang mutakhir.

Hal ini, misalnya, dalam mengatur budget planning & management (membuat dan mengelola anggaran berdasarkan target keuangan dan pengeluaran), investment (menyediakan rekomendasi berdasarkan tingkat risiko, target keuangan, dan dan portofolio terkini), retirement planning (menyediakan informasi berbagai pilihan simpanan dana pensiun), hingga tax planning (menyediakan informasi perpajakan dengan cara yang lebih mudah dipahami).

Ketiga, menjadi detektor fraud. ChatGPT dapat digunakan mendeteksi dan mencegah penipuan, karena dilatih untuk menganalisis transaksi keuangan dan mengidentifikasi perilaku yang mencurigakan.

Contoh, adanya peningkatan jumlah transaksi secara tiba-tiba yang dilakukan oleh nasabah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com