KOMPAS.com - Lautan di Bumi terbagi menjadi lima samudra, dengan Samudra Pasifik dan Atlantik yang menjadi lautan terbesarnya.
Antara samudra satu dengan lainnya, dipisahkan oleh daratan luas yang disebut dengan benua.
Namun, di suatu tempat, dua samudra juga bisa saling bertemu dengan bebas tanpa dipisahkan oleh daratan sama sekali.
Dikutip dari laman Australis, Samudra Pasifik dan Atlantik saling bertemu di Tanjung Horn alias Cape Horn, tanjung paling selatan di Kepulauan Tierra del Fuego, Amerika Selatan.
Menurut topografi, keduanya dipisahkan dengan sebuah garis yang membentang lurus antara Tanjung Horn dan Antartika.
Perairan sempit antara Samudra Pasifik dan Atlantik ini disebut Selat Drake. Penamaan selat diambil dari dari nama penjelajah asal Inggris, Francis Drake.
Dengan mata telanjang, manusia tidak bisa membedakan antara Samudra Pasifik dan Atlantik di tempat tersebut.
Perbatasan keduanya hanyalah garis imajiner, serupa dengan garis khayal yang memisahkan antara satu negara dengan negara lain.
Lantas, di tempat itu, apakah air Samudra Pasifik dan Atlantik bisa menyatu?
Baca juga: Menilik Kehidupan di Aogashima, Sebuah Desa di Kawah Gunung Berapi Aktif Jepang
Dilansir dari laman IFL Science, pertemuan Samudra Pasifik dan Atlantik di lepas pantai Cape Horn sekilas tidak menunjukkan perbedaan atau fenomena yang aneh.
Kedua perairan terluas di permukaan Bumi ini tampak menyatu layaknya lautan pada umumnya.
Hal tersebut berbeda dengan sebuah unggahan hoaks beberapa waktu lalu yang menunjukkan sebuah garis pemisah perairan satu dengan lainnya.
Terlihat pada unggahan dengan narasi perbatasan Samudra Pasifik dan Atlantik itu, satu perairan berwarna lebih gelap, sementara sisi jauh lain lebih terang.
Bukan pertemuan dua samudra, faktanya unggahan tersebut merupakan pertemuan air sungai Fraser dengan air laut Selat Georgia, Samudra Pasifik, di dekat Pulau Vancaouver, Kanada.
Perbedaan warna terjadi karena angin, pasang surut, serta sedimen yang dibawa bersama air sungai.