Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Suka Bicara Sendiri dan "Ngehalu" adalah Tanda Gangguan Mental?

Kompas.com - 08/02/2023, 18:45 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan video yang menyebutkan bahwa berbicara sendiri dan ngehalu atau halusinasi jadi tanda mental illness atau gangguan mental, ramai di media sosial.

Video tersebut dibuat oleh akun TikTok ini pada Selasa (7/2/2023), dan kembali disebarkan di media sosial Twitter oleh akun ini, Rabu (8/2/2023).

"When lo baru tau kalo suka ngomong sendiri & ngehalu adalah salah satu tanda mental illness," narasi pembuat video.

Video ini pun menarik perhatian warganet hingga menuai lebih dari 2,7 juta tayangan. Adapun hingga Rabu siang, unggahan telah disukai oleh lebih dari 582.000 warganet dan dikomentari lebih dari 55.000 pengguna.

Dalam kolom komentar, sebagian besar warganet mengaku baru mengetahui informasi ini.

"serius khh? tapi gmna ya seru bgt astggsgsgs," komentar salah satu warganet.

"walaupun udah tau juga masih tetap halu dan ngomong sendiri soalnya udah kebiasaan dari dulu dan bakalan susah ngilanginnya," tulis warganet lain.

"aku gitu tiap hari aslinya karna ngerasa aja ga ada temen," kata warganet lain.

Lantas, benarkah suka berbicara sendiri dan halusinasi adalah salah satu tanda mental illness?

Baca juga: Apakah Konsultasi ke Psikiater atau Psikolog Bisa Pakai BPJS Kesehatan?

 

Tak masalah bicara sendiri, asal...

Psikolog dari Unika Soegijapranata Semarang, Christin Wibhowo, mengatakan bahwa mental illness bukan sekadar berbicara sendiri.

Menurut dia, berbicara sendiri merupakan hal lumrah. Misalnya, apabila seseorang akan mengisi seminar, maka dia akan berlatih berbicara seorang diri.

"Yang menjadi patokan apakah seseorang mental illness atau tidak itu, apakah dia masih kontak dengan realita, dia masih sadar nggak dengan realita," jelasnya, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/2/2023).

Menurut Christin, berbicara sendiri adalah hal wajar apabila seseorang tahu apa yang dilakukannya. 

Dia mencontohkan, seseorang menirukan selebriti atau pemeran dalam film dan sadar bahwa itu adalah tiruan. Dalam artian, peniru tidak lantas menganggap dirinya benar-benar tokoh dalam film.

"Nah yang dinamakan mental illness adalah ketika ngomong sendiri itu kebawa sampai lupa berpijak pada realita. Jadi saya seolah-olah ngomong di depan banyak peserta dan saya lupa ini sedang ngomong sendiri," kata dia.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com