Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Perkembangan Berkelanjutan "Cogito Ergo Sum"

Kompas.com - 25/10/2022, 08:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MAHAPEMIKIR Prancis, Rene Descrates adalah seorang pemikir yang pemikirannya terus menerus berkembang secara berkelanjutan tanpa henti selama hayat masih di kandung badan dirinya.

Diktum tersohor yang bahkan mungkin paling tersohor di semesta filsafat adalah cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada) yang semula ditulis dalam bahasa Latin, tetapi kemudian agar bisa dipahami kaum awam lalu dialih-bahasakan ke Prancis.

Semula di dalam buku Diskursus Metode (1637) cogito ergo sum merupakan langkah awal Descrates mencari kebenaran pada dirinya sendiri, tetapi kemudian pada buku Meditasi yang ke dua (1641), oleh Descrates ditegaskan bahwa sebenarnya cogito ergo sum rawan keliru ditafsirkan akibat dipenggal dari sebuah kalimat panjang dalam bahasa Latin.

Baca juga: Bingungologi Cogito Ergo Sum

Kalimat panjangnya adalah sebagai berikut, “Ego sum, ego existo, quoties a me profertur, vel mente concipitur, necessario esse verum “.  Dalam bahasa Prancis menjadi “Je suis, j'existe, est nécessairement vraie, toutes les fois que je la prononce, ou que je la conçois en mon esprit”.

Dalam bahasa Inggris, ”I am, I exist, is necessarily true each time it is expressed by me, or conceived in my mind.”

Dalam bahasa Indonesia versi saya menjadi, “Saya berpikir maka saya ada yang senantiasa benar setiap saat saya ungkapkan atau hadir pada pemikiran saya.

Terjemahan versi saya ini sudah barang tentu akan beda dari terjemahan versi orang lain. Atau bahkan dianggap total keliru oleh yang lebih mahir dalam menggunakan bahasa Indonesia.

Alkitab yang diterjemahkan oleh Raja James ke dalam bahasa Inggris dan oleh Martin Luther ke dalam bahasa Jerman dan oleh entah siapa saja ke dalam bahasa Indonesia juga terpaksa mengalami pergeseran makna akibat setiap bahasa memiliki idiom semantikal, sintaksial, serta gramatikal masing-masing.

Cara menulis cogito ergo sum juga beranekaragam, maka ada yang dengan tanda koma seperti cogito, ergo sum. Namun ada pula yang tanpa tanda koma seperti yang tertulis pada naskah ini.

Baca juga: Terinspirasi Filsuf Descartes, Billie Eilish Ungkap Makna di Balik “Therefore I Am”

Pada hakikatnya setiap bahasa memiliki sukma makna beda dari bahasa lain-lainnya dan setiap insan manusia nemiliki tafsir makna yang beda dari insan lain-lainnya. Maka, wajar bahwa di samping berkembang pada pemikiran Descrates sendiri, kemudian diktum cogito ergo sum juga berkelanjutan berkembang serta-merta berubah makna pada peradaban pemikiran umat manusia yang kerap disebut sebagai filsafat itu.

Bahkan, cogito ergo sum gagasan Descrates berkembang menjadi psikologi yang kemudian berkembang menjadi psikiatri serta sementara ini menjadi neurosains.

Justru pada perkembangan berkelanjutan yang terus menerus berubah tanpa henti secara perpetuum mobile kelirumologis terletak energi penggerak mekanisme peradaban yang sementara ini masih dianggap terbatas hadir di planet Bumi yang cuma satu dan satu-satunya ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com