KOMPAS.com - Kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam tadi.
Diberitakan Kompas.com (2/10/2022), kericuhan dipicu kekalahan tuan rumah, Arema FC, atas Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3.
Para suporter Arema pun berbondong turun ke lapangan, sementara pihak keamanan menembakkan gas air mata untuk mengamankan situasi.
Asap tersebut diduga menjadi penyebab suporter sesak napas dan pingsan, hingga akhirnya memakan korban jiwa.
Stadion Kanjuruhan menjadi saksi terjadinya salah satu pertandingan sepak bola paling mematikan dalam sejarah Indonesia.
Dikutip dari Priceonomics, pertandingan sepak bola paling mematikan di dunia terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964.
Pertandingan yang merupakan kualifikasi Olimpiade 1964 antara tuan rumah Peru melawan Argentina itu menewaskan lebih dari 300 orang.
Hampir 37 tahun kemudian, tragedi paling mematikan kembali terjadi di Stadion Olahraga Accra, Ghana.
Pada 9 Mei 2001 tersebut, akibat kericuhan usai pertandingan Accra Hearts melawan Asante Kotoko, sebanyak 126 nyawa melayang.
Adapun menurut laporan terbaru, setidaknya 129 orang meninggal dunia akibat kericuhan yang semalam terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Jumlah korban meninggal dunia di Kanjuruhan membuat kericuhan pada Sabtu malam lalu menjadi salah satu pertandingan sepab bola paling mematikan.
Lantas, bagaimana sejarah Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menjadi lokasi tragedi?
Baca juga: Tagar Kanjuruhan Trending di Twitter, Apa yang Terjadi?
Stadion Kanjuruhan merupakan stadion sepak bola milik pemerintah Kabupaten Malang. Letaknya berada di Jalan Trunojoyo, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Dikutip dari laman UMM, stadion ini mulai dibangun pada 1997 dan diresmikan oleh Presiden kelima Megawati Soekarnoputri pada 9 Juni 2004.
Peresmian tersebut beriringan dengan pembukaan pertandingan sepak bola divisi 1 Liga Indonesia antara Arema melawan PSS Sleman.