Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Islam Semestinya Memang Mencerahkan

Kompas.com - 11/06/2022, 08:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA tahun 1140-an Masehi seorang sarjana Italia bernama Gerard (dikenal sebagai Gerard of Cremona atau Gerardus Cremonensis) melakukan perjalanan ke semenanjung Spanyol dengan harapan menemukan salinan langka teks-teks kuno tentang astronomi di era Yunani (berusia seribu tahunan) yang dikenal sebagai Almagest. Ketika itu, peluang terbaiknya hanya ada di sana dibanding di tempat lain di Eropa.

Mengapa? Karena bagian selatan semenanjung Spanyol pernah berada di bawah kekuasaan Arab (muslim) selama berabad-abad dan selama dinasti Islam berkuasa di sana, ribuan teks klasik dari era Yunani berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Teks-teks tersebut justru telah lama hilang dari bahasa-bahasa vernacular (bahasa yang dipakai sehari-hari) di Barat sendiri.

Baca juga: Sejarah Abad Kegelapan: Terpuruknya Eropa Sebelum Renaissance

 

Perpustakaan Kota Toledo, di tengah semenanjung Spanyol, menampung puluhan buku berharga tersebut. Ketika Gerard memutuskan untuk pergi ke sana, Kota Toledo telah direbut kembali oleh salah satu kerajaan Kristen dari utara. Artinya, para sarjana Barat bebas mengunjunginya dengan aman.

Tak disangka, Gerard justru menemukan lebih dari yang diharapkan. Bukan hanya teks astronomi, tetapi juga studi klasik dari dunia Arab tentang dialektika, geometri, filsafat, dan kedokteran, di mana monograf-monograf tersebut justru melebihi karya-karya Euclid, Galen, Ptolemy, dan Aristoteles dari Yunani sekalipun.

Gerard pun terkagum-kagum. Ia merasa telah menemukan seluruh perbendaharaan pengetahuan yang ia butuhkan. Karena kewalahan akibat bahan yang terlalu banyak, Gerard akhirnya memutuskan untuk menetap di Toledo dan mulai belajar bahasa Arab.

“Ia mulai menyesali ketertinggalan orang Latin dalam hal ini,” tulis salah satu muridnya.

"Lalu ia belajar bahasa Arab agar bisa menerjemahkan ke dalam bahasa Latin. Bahkan sampai akhir hayatnya ia terus mengirimkan hasil terjemahan buku apa pun yang menurutnya bagus ke dunia Latin (Barat), seakurat dan sejelas yang dia bisa,” lanjut muridnya.

Begitulah lebih kurang paragraf-paragraf awal bagaimana Susan Wise Baeur memulai bukunya, "History of Renaissance World," tahun 2013.

Saya secara tak sengaja "bertemu" buku Susan setahun kemudian di salah satu perpustakaan sebuah universitas swasta di Jepang, saat iseng-iseng mampir dan menunggu seorang kawan yang sedang menyelesaikan kelasnya di sana. Buku 900-an halaman itu memeras waktu saya lebih kurang lima hari, sehari sebelum jadwal saya meninggalkan Kyoto.

Tetapi isinya membekas di memori saya dengan sangat jelas, memperkuat keyakinan dan kepercayaan diri saya sebagai salah seorang muslim. Selain buku tersebut, Susan juga telah menulis History of Medieval World (2010) dan History of Ancient World (2007).

Sebagai penutup cerita Gerard dari Cremona tersebut, Susan menulis satu kalimat yang luar biasa. "Dan Abad Renaisance pun telah dimulai," tulisnya.

Memicu pencerahan

 

Ya, abad pencerahan (renaissance) yang secara umum dipahami dimulai di Eropa abad 16-17-an sejatinya diawali dengan fondasi dasar yang telah dimulai di abad ke 12, di saat dunia Barat menemukan harta karun ilmu dari dunia Islam (Arab). Ambil contoh misalnya Al Nafis. Di abad ke 17, William Harvey mempostulasikan teori tentang bagaimana darah mengalir di dalam hati dari kamar kiri hati ke kamar bagian kanan hati.

Dan postulasi itu dianut oleh hampir semua ilmuwan setelah itu, sampai akhirnya di tahun 1928-an, ditemukan sebuah dokumen di Damaskus bahwa Al Nafis telah membuat teori tentang itu terlebih dahulu.

Al Nafis adalah ilmuwan era akhir kejayaan Khilafah Abbasiah yang hidup di abad ke 13. Al Nafis kala itu mencoba membantah teori Galen, ahli Yunani yang mempostulasikan bagaimana darah mengalir dari chamber kiri ke chamber kanan di dalam hati. Menurut Galen, ada pori-pori di antara dua kamar di dalam hati tersebut.

Baca juga: Tokoh Renaissance, dari Copernicus sampai Da Vinci

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com