Tetapi berdasarkan eksperimen atas tubuh binatang, Al Nafis membuktikan bahwa teori Galen tersebut salah. Jadi, kata Al Nafis, darah dari kamar kiri hati keluar terlebih dulu ke seluruh tubuh, baru kemudian kembali masuk ke dalam hati melalui kamar sebelah kanan. Dan itulah teori William Harvey di abad 17, yang ternyata sudah dipostulasikan Al Nafis tahun 1300-an.
Dan banyak contoh lain tentunya. Sebut saja Al Khawarizmi yang menjadi Bapak Aljabar, di mana ilmu algoritma yang menjadi darah dari dunia internet dan informatika hari ini bertumpu. Atau Ibnu Sina yang sebagian besar isi bukunya tentang kesehatan masih relevan sampai hari ini. Ada pula Ibnu Khaldun (bukan dari Bagdad) yang karyanya masih dijadikan landasan teori oleh antropolog politik Amerika, Prof Thomas Barfield, dalam menulis bukunya di tahun 2010 tentang sejarah budaya dan politik Afghanistan.
Dan sangat banyak lagi. Ada Al Tabari, Al Jahiz, Al Masudi, Al Biruni, Al Jazari, Ibnu Batuta, dan kepala rombongannya Al Razi, yang membangun rumah sakit pertama di Bagdad, yang mungkin menjadi rumah sakit dengan cara kerja modern pertama di dunia.
Pelajaran yang saya garis bawahi dari era kejayaan Islam dan buku-buku tentang sejarah Islam tersebut adalah bahwa kejayaan islam di era itu tidak dibangun atas konservatisme dan fanatisme, tapi justru atas kemoderatan yang ditopang dengan kebijaksanaan.
Khilafah Al Mamoen, setelah Harun Al Rashid, memberikan landasan moderasi itu, yang kemudian menjadi pijakan nyata bagi lahirnya era keemasan ilmu di dalam sejarah Islam. Al Mamoen menginisasi gerakan alih bahasa (translation movement), untuk menerjemahkan buku-buku dari para pemikir Eropa, Yunani, China, dan India, ke dalam bahasa Arab, di mana para penerjemahnya tidak hanya orang muslim, tapi juga orang-orang dari Eropa, Yunani, dan Yahudi, yang digaji Al Mamoen.
Baca juga: [Sejarah Islam] Perjalanan Unta dari Andalan Transportasi hingga Jadi Ikon Bangsa
Bahkan hebatnya, sang Khilafah selalu ingin menjadi orang pertama yang membaca setiap hasil terjemahan tersebut. Biayanya secara politik, Al Mamoen memang perlu menjauhkan kelompok-kelompok konservatif islam dari pentas politik dan ruang publik, agar tidak berseberangan secara terbuka dengan budaya ilmiah yang sedang berkembang di Bagdad, yang bisa menyebabkan instabilitas di ruang publik.
Hasil nyata lainya dari era keemasan tersebut, sebagaimana ditulis Prof Donner ataupun Susan Wise Baeur, adalah lahirnya abad pencerahan di Eropa yang menjadi pijakan intelektual kemajuan dunia Barat sampai hari ini. Tidak sedikit peran Islam di sana, yang sering dilupakan oleh dunia Barat dan lebih sering lagi dilupakan oleh orang-orang muslim sendiri.
Sejarah membuktikan bahwa Islam sejatinya memang mencerahkan, bukan menggelapkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.