Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Pelajaran dari Serangan Udara Rusia ke Ukraina

Kompas.com - 05/03/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEMENTERIAN Pertahanan Rusia mengumumkan tentang serangan udara militer Rusia yang telah berhasil menghancurkan 74 target infrastruktur militer Angkatan perang Ukraina.

Disebutkan bahwa target yang telah dihancurkan, antara lain 11 pangkalan udara, tiga pusat komando dan pengendalian, satu pos Angkatan Laut, 18 satuan radar S-300 dan sistem pertahanan udara militer Ukraina.

Intinya adalah bahwa serangan udara Rusia telah berhasil menghancurkan target pilihan bernilai strategis dengan mengupayakan sekecil mungkin kerusakan dan jatuhnya korban.

Serangan udara Rusia telah menerapkan teknologi selected target yang tinggi tingkat presisinya dengan membatasi collateral damage.

Penggunaan pertama kali dalam sejarah dunia penggunaan teknologi selected target dengan tingkat presisi yang tinggi adalah ketika pihak sekutu mengebom sasaran di Jerman dan Jepang.

Baca juga: Downfall, Kisah Tragedi Boeing 737 MAX

Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dengan serta merta menghentikan lajunya perang dunia ke dua.

Pengembangan selected target dengan presisi tinggi dikenal kemudian antara lain sebagai Precision Guided Munition atau PGM.

Teknologi itulah yang tengah digunakan oleh pihak Rusia dalam menyerang sasaran strategis di Ukraina.

Kemajuan teknologi telah demikian cepat sehingga memungkinkan serangan udara dilakukan dengan memilih target tertentu saja yang dihancurkan.

Itu sebabnya, maka tidak ada kekhawatiran sama sekali ketika warga Indonesia di Kiev dikumpulkan terlebih dahulu di KBRI sebelum diberangkatkan untuk mengungsi keluar Ukraina.

Lokasi KBRI dapat dipastikan tidak berada dalam sasaran atau target pilihan bagi serangan udara Rusia.

Sebagai perbandingan, dengan kemajuan teknologi, maka pola serangan udara menjadi berubah drastis.

Pada awal penggunaan senjata dalam perang udara, maka perhitungannya adalah berapa sorti diperlukan untuk mengebom sasaran dengan sukses.

Sekarang ini hitungannya adalah berapa sasaran yang hendak dibom dengan sukses dalam satu sorti serangan.

Sebagai contoh dalam serangan ke Jerman tahun 1944 diperlukan 1.000 sorties untuk menghancurkan satu target.

Baca juga: Untuk Mereka yang Menganggap FIR Tak Ada Hubungan dengan Kedaulatan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

Tren
Istri Bintang Emon Positif 'Narkoba' Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Istri Bintang Emon Positif "Narkoba" Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com