Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Tragedi Operasi Katarak Mata Kiri Ayah

Kompas.com - 27/09/2021, 13:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEMULA saya cukup arogan untuk meyakini bahwa di alam semesta ini ada yang disebut sebagai kepastian.

Berdasar arogansi itu, saya sangat amat percaya kepada perhitungan matematikal dalam bentuk statistik dan teori probabilitas.

Kepercayaan saya sedemikian percaya sehingga saya merasa yakin bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan di kehidupan di planet bumi.

Semua peristiwa pasti bisa dijelaskan berdasar perhitungan oleh otak manusia melalui jalur apa yang disebut sebagai sains secara pasti tepat dan benar.

Tidak ada misteri, tidak ada keajaiban apalagi mujizat di kehidupan umat manusia di planet bumi ini.

Katarak

Ketika mata kiri ayah saya terlapisi sebuah selaput yang disebut sebagai katarak yang mengganggu penglihatannya, maka saya jemawa menyatakan siap menolong ayah saya melepaskan diri dari derita katarak.

Karena kebetulan saya ketua umum yayasan sebuah rumah sakit terbaik di Jawa Tengah maka saya minta dicarikan dokter spesialis mata terbaik yang sudah terbukti berhasil melakukan operasi katarak secara paling sukses.

Sempurna

Akhirnya direksi rumah sakit yang yayasannya saya pimpin berhasil menemukan seorang dokter spesialis mata bahkan bergelar doktor dan profesor yang secara statistik telah terbukti berhasil melakukan operasi katarak terhadap ribuan pasien tanpa kegagalan satu operasi pun.

Berarti sang profesor doktor dokter spesialis operasi katarak berdasar teori probabilitas memiliki kemungkinan ribuan berbanding nol untuk berhasil alias terjamin mustahil gagal.

Di sisi lain keyakinan saya tersihir sedemikian rupa oleh citra keilmiahan statistik sehingga saya lupa bahwa baik statistik mau pun teori probabilitas pada hakikatnya mustahil sempurna akibat merupakan hasil olahan otak manusia yang mustahil sempurna.

Saya lupa bahwa mustahil ada manusia yang sempurna termasuk para dokter dan juga para ahli pembuat statistik dan kalkulasi teori probabilitas yang dalam mempertahankan kebenaran mereka selalu (curang) berlindung di balik dalih cetirus paribus.

Gagal

Alhasil setelah ayah saya menjalani operasi katarak yang dilakukan profesor doktor dokter spesialis mata dengan rekam jejak operasional sempurna tanpa kegagalan ternyata bersama katarak yang diambil ikut serta sebagian retina mata kiri ayah saya sehingga mata kiri ayah saya buta.

Ternyata mata kiri ayah saya secara statistikal menjadi data fakta pertama kegagalan operasional profesor doktor dokter spesialis mata yang sebelumnya tidak pernah gagal.

Ojo dumeh

Saya telah melakukan bukan sekadar kekeliruan namun kesalahan. Meski ayah telah legowo ikhlas mengampuni kesalahan saya namun penyesalan saya tidak pernah berakhir sepanjang hidup saya.

Sayang setriliun sayang, sesal kemudian tak berguna akibat saya tidak bisa mengoreksi kesalahan saya yang telah memaksakan ayah saya untuk dioperasi katarak mata kiri beliau oleh seorang profesor doktor dokter spesialis mata dengan data statistik dan teori probabilitas nihil kegagalan.

Setelah peristiwa tragis yang menimpa ayah saya sebagai akibat kesalahan saya itu, saya sadar bahwa sebaiknya saya jangan arogan alias ojo dumeh dalam meyakini bahwa data statistik, teori probabilitas, kalkulasi aritmatikal, aksioma matematikal, teori sains dan lain-lain hasil pemikiran manusia sebagai terjamin pasti sempurna benar.

Ojo dumeh memang perlu selalu saya pegang sebagai pedoman terutama bagi diri saya sendiri agar jangan takabur termasuk dalam menganggap apalagi meyakini bahwa pemikiran saya pasti sempurna tepat dan benar.

Saya harus senantiasa bahkan niscaya eling lan waspodo bahwa saya hanya sekadar manusia biasa yang sangat biasa maka sangat amat terlalu mustahil sempurna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com