Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8.000 Anak Kehilangan Orangtua karena Covid-19, Ini yang Dilakukan Pemerintah

Kompas.com - 27/08/2021, 15:22 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Anak yang kehilangan orangtuanya akibat Covid-19 mencapai 8 ribuan. Data itu masih fluktuatif dan bersifat sementara.

Berdasarkan data yang dikumpulkan Kementerian PPPA, anak yang menjadi yatim-piatu karena Covid-19 mencapai 8.396 orang.

Sementara data Kementerian Sosial menunjukkan 8.275 anak kehilangan orangtuanya karena corona.

"Data tersebut masih fluktuatif dan terus berkembang," kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda Kemenko PMK, Femmy Eka Kartika Putri kepada Kompas.com, Jumat (27/8/2021).

Femmy mengatakan, meski masih fluktuatif, namun data itu sudah disetorkan ke instansi terkait di daerah hingga tingkat kota/kabupaten.

Baca juga: Data Sementara Pemerintah soal Jumlah Anak yang Kehilangan Orangtua akibat Covid-19 Masih Fluktuatif

Hal itu untuk mencegah tumpang tindih data terkait jumlah anak yang kehilangan orangtuanya akibat Covid-19.

Femmy berharap ada sinergi dan koordinasi bekelanjutan antar instansti sehingga data tersebut bisa sinkron. Agar data-data itu sesuai antar-lembaga, maka inputnya mesti berdasarkan pada nomor induk kependudukan (NIK).

Kesesuaian data antar-instansi, kata Femmy, penting agar anak-anak yang kehilangan orangtua akibat Covid-19 bisa mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah melalui skema bantuan sosial.

Soal anak yatim akibat Covid-19 ini pun menjadi perhatian serius Presiden Joko Widodo. Mereka harus mendapatkan bantuan dari negara.

"Saat ini yang menjadi perhatian Presiden dan masyarakat umum adalah anak-anak yang orangtuanya meninggal karena Covid-19, dan sangat membutuhkan bantuan dari negara dan pemerintah," tandas Femmy.

Menurut Femmy, pihaknya mendorong Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk memiliki data orangtua ana-anak yang meninggal. Agar data dari setiap instansi itu sinkron sehingga memudahkan pemerintah menyalurkan bantuan.

"Setelah terkumpul data-data dengan berbasis NIK, maka baru kita bisa memberikan intervensi bantuan-bantuan untuk anak-anak," tandas Femmy.

Sekretariat Bersama

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mendirikan Sekretariat Bersama untuk mendata anak-anak yang kehilangan orangtuanya akibat Covid-19.

"Kami mempercepat pendataan anak yatim atau yatim-piatu secara berkesinambungan supaya anak-anak tersebut mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan dan pengasuhan jangka panjang," kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK, Femmy Eka Kartika Putri dalam lama resmi Kemenko PMK sebagaimana dikutip Kompas.com, Jumat (20/8/2021) lalu.

Baca juga: Pemerintah Lakukan Pendataan Anak yang Kehilangan Orangtua Akibat Covid-19

Femmy mengajak pemerintah daerah dan masyarakat umum untuk bekerja sama dalam pendataan anak yang kehilangan orangtuanya akibat Covid-19. Hal itu agar data yang didapat bisa lebih lengkap dan bantuan yang disalurkan pun tepat sasaran. (Sumber: Kompas.com/ Penulis: Deti Mega Purnamasari | Editor: Dani Prabowo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com