Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Firman Sampurna
Ketua BPK dan Ketua Umum PBSI

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan dan Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia.

Mendefinisikan Kembali Makna Kemerdekaan

Kompas.com - 17/08/2021, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KETIKA tulisan ini dibuat, data terakhir terkait penananganan Pandemi Covid 19 adalah sebagai berikut. Total Kasus 3,8 juta, meninggal dunia 115 ribu, kasus baru 30.788 (rata-rata 7 hari 28.154 kasus baru).

Kasus seluruh dunia mencapai 207 juta kasus baru dan yang meninggal dunia mencapai (terdata) 4,35 juta jiwa.

Untuk membuat visualisasinya menjadi lebih kompleks, progres kontemporer penanganan kesehatan ini bisa disatukan dengan data terkait kemiskinan, pengangguran, dan tentunya pertambahan utang pemerintah.

Pertanyaannya adalah apakah semua ini salah pemerintah, mengingat pandemi terjadi diseluruh dunia? Apakah dengan menyalahkan pemerintah (atau masyarakat) kita dapat keluar dari situasi yang begitu menekan ini? Apakah bijak mencari siapa yang bersalah dalam situasi seperti ini?

Last but least, apakah dalam perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76 ini, kita akan terus hanyut dan tenggelam dalam situasi saling memusuhi, saling menyalahkan yang terus membakar kebencian diantara kita?

Tulisan ini, tidak dibuat untuk membela pemerintah atau kelompok yang pro-pemerintah. Tulisan ini, juga tidak dibuat untuk kelompok yang yang mengambil posisi yang berbeda, bertentangan bahkan mengecam pemerintah.

Tulisan ini, sekadar menyampaikan satu pesan pendek: bahwa dalam hidup ini, pilihan itu tidak harus terbatas pada a atau b, kiri atau kanan (atau, mungkin, tengah-tengah), mendukung atau menentang, dan seterusnya. Terkadang pilihan menjadi seakan terbatas, karena kita sendiri yang membatasinya.

Dalam perayaan kemerdekaan Republik yang ke-76, sudah waktunya kita merenungkali kembali, melakukan introspeksi: pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk mengatasi masalah kesehatan, ekonomi dan sosial yang saat ini kita hadapi bersama.

Pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk membuat diri kita sendiri, lingkungan atau komunitas di mana kita berada dan, tentunya, Indonesia tercinta, menjadi lebih baik.

Redefinisi makna kemerdekaan

Pertama-tama, kita perlu mendefinisikan kembali makna kemerdekaan. Definisi ini menjadi penting, karena definisi dari suatu subyek atau obyek berkembang berdasarkan konteks dan masanya. Kemerdekaan perlu mendapatkan definisi yang sesuai dengan konteks dan masanya.

Di masa lalu, defisini kemerdekaan berkaitan erat dengan penjajahan. Kedua kata tersebut memiliki makna yang berlawanan. Merdeka atau tidak terjajah. Kemerdekaan adalah bebas dari penjajahan.

Pengertian tertanan dalam di benak sanubari para pendiri bangsa, yang kemudian dituliskan sebagai bagian dari paragraf awal pembukaan konstitusi kita.

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Merdeka adalah lepas dari belenggu penjajahan fisik. Mengapa kemerdekaan dibutuhkan? Paragraf ketiga pembukaan UUD 1945 menegaskan: supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas.

Sejarah memperlihatkan bahwa melalui perjuangan fisik, Indonesia berhasil mengusir para penjajah dan kelompok yang ingin menjajah bangsa dan negara ini. Namun ketika penjajah berhasil dikalahkan dan diusir, Negara Republik Indonesia terbentuk, masalah baru muncul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com