Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Firman Sampurna
Ketua BPK dan Ketua Umum PBSI

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan dan Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia.

Mendefinisikan Kembali Makna Kemerdekaan

Kompas.com - 17/08/2021, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bagaimana membentuk dan menyelenggarakan pemerintahan? Bagaimana mengelola sumberdaya, khususnya sumberdaya ekonomi, untuk membangun negara, memenuhi kebutuhan rakyat? Bagaimana menyatukan kelompok yang berbeda pandangan terkait masalah-masalah pokok dan masa depan Indonesia?

Penjajah berhasil diusir, tetapi pilihan yang dimiliki ternyata terbatas. Dalam pilihan yang terbatas itu, kemampuan untuk mengatasi masalah yang muncul juga terbatas.

Negara-negara yang sebelumnya menjajah akhirnya berubah menjadi pemberi bantuan ekonomi, investor, yang pada titik tertentu ikut menentukan arah pembangunan di Indonesia.

Tentu saja, kita tidak mengatakan ini sebagai sesuatu yang salah. Namun, pada saat yang sama, kita juga perlu jujur, bahwa ada suatu masa ketika keterlibatan negara yang “membantu” ekonomi Indonesia juga telah mempengaruhi kemampuan kita dalam membuat pilihan. Pada titik tertentu, bahkan sudah masuk dalam kategori mengurangi kedaulatan kita.

Belajar dari pengalaman sejarah menjadi penting dalam memaknai arti kemerdekaan kita saat ini. Jangan lupakan sejarah, kata Bung Karno dalam salah satu orasinya yang monumental itu.

Oleh karena itu, saat kemerdekaan kembali kita nyatakan hari ini, maka kedaulatan untuk membuat pilihan adalah hal yang harus kembali diangkat. Kembali digelorakan.

Bahwa merdeka bukan hanya sekadar tidak dijajah secara fisik. Bahwa merdeka harus dimaknai sebagai daulat dalam menentukan sendiri pilihan yang diharapkan.

Pilihan masa depan

Dalam konteks kemerdekaan suatu bangsa, frasa “pilihan” yang terkandung di dalamnya tentunya juga terkait sesuatu yang besar. Bukan sekadar untuk mengatasi masalah jangka pendek, frasa “pilihan” digunakan untuk menggambarkan masa depan yang diharapkan.

Kemerdekaan, dengan demikian adalah kebebasan, kemampuan, kedaulatan dalam membuat pilihan masa depan yang diharapkan. Sepanjang kita terkungkung dengan pilihan yang terbatas, sesungguhnya kita belum benar-benar merdeka.

Tentu saja, pilihan itu dibuat dengan memetakan kondisi yang dihadapi pada saat ini. Karena bagaimanapun, apa yang kita rasakan, alami pada saat ini adalah hasil dari pilihan kita di masa lalu. Apa yang akan terima di masa depan adalah hasil dari pilihan kita pada saat ini.

Dengan konstruksi berpikir itu, kita perlu bersama-sama mendeskripsikan masa depan seperti apa yang kita harapkan. Hal-hal apa yang dibutuhkan untuk mewujudkannya.

Kita perlu membangun diskursus nasional secara terbuka memetakan hal ini. Diperlukan menggunakan kaidah-kaidah akademis yang handal dan dapat dipertanggungjawabkan, untuk menarasikan pilihan-pilihan masa depan itu.

Dengan menggunakan metodologi yang, dalam batas tertentu, berterima umum (generally accepted), perdebatan yang mungkin muncul dalam diskursus itu akan dapat diarahkan untuk membangun perspektif yang lebih produktif dan konkret.

Perspektif yang dihasilkan, bisa jadi bukan dalam bentuk konsensus, tetapi semacam kesepakatan akan substansi. Kesepakatan atas ke mana sebaiknya kita mengarah, yang itu memberi ruang peran dan partisipasi bagi semua pihak, tanpa terkecuali.

Inspirasi dan semangat

Masih segar dalam ingatan kita, kemenangan Greysia Polii dan Apriani Rahayu atas lawannya yang digelar di Musashino Forest Sport Plaza pada Senin, 2 Agustus 2021.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com