Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Japan Airlines Jatuh, 520 Orang Tewas

Kompas.com - 12/08/2021, 08:37 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 36 tahun lalu, tepatnya 12 Agustus 1985, terjadi kecelakaan pesawat Japan Airlines (JAL) di Gunung Osutaka.

Japan Airlines (JAL) penerbangan 123 jatuh di selatan Prefektur Gumma, Jepang, barat laut Tokyo.

Insiden ini merupakan salah satu kecelakaan pesawat tunggal paling mematikan dalam sejarah. Melansir Britannica, jumlah korban tewasnya mencapai 520 orang.

Penerbangan domestik JAL 123 berangkat dari Bandara Haneda di Tokyo pada pukul 18.12 dan dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Osaka satu jam kemudian.

Kursi Boeing 747 dalam rute itu penuh dipesan, karena merupakan momen liburan dan banyak orang yang mudik untuk melihat sanak saudara atau pergi berlibur.

Pesawat meninggalkan wilayah udara Tokyo dan telah naik ke ketinggian 24.000 kaki (7.300 meter) ketika panggilan darurat pertama datang dari pilot pesawat.

Awalnya, pilot melaporkan kehilangan ketinggian dan kesulitan mengendalikan pesawat.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Indonesia dan Empat Negara di Asia Tenggara Dirikan ASEAN

Pesawat jatuh ke ketinggian sekitar 10.000 kaki (3.000 meter). Pilot terus mengirim panggilan darurat dan meminta untuk dialihkan ke bandara Tokyo.

Namun, sekitar 45 menit setelah lepas landas, pesawat menabrak Gunung Takamagahara, dekat Gunung Osutaka di Kant Range.

Gunung Osutaka adalah lokasi kecelakaan pertama yang dilaporkan dan menjadi nama populer untuk kecelakaan itu. 

 

Upaya penyelamatan dipersulit oleh lokasi yang terpencil dan berbahaya dari lokasi kecelakaan.

Tidak sampai 14 jam setelah kecelakaan itu, kru penyelamat darurat dapat mencapai daerah itu.

Pasukan terjun payung turun dari helikopter ke tempat kejadian dan beberapa sukarelawan penyelamat mencapai daerah terpencil dengan berjalan kaki.

Dari 524 orang di pesawat, 4 orang selamat. Kecelakaan itu disebabkan oleh sirip ekor yang hilang yang kemungkinan melemah secara struktural karena seringnya pendaratan dan lepas landas.

Banyak ahli penerbangan memuji pilot karena menjaga pesawat yang rusak di udara selama hampir setengah jam setelah melaporkan mengalami kesulitan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com