Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Sumber Air Asin dan Bisa Terbakar di Karanganyar, Ini Kata Ahli

Kompas.com - 22/03/2021, 18:08 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Fenomena alam yang unik terjadi di Dukuh Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah.

Sumber air muncul dari lubang bekas sumur bor. Air yang keluar dari sumber tersebut rasanya asin dan terbakar ketika disulut api.

Pemilik pekarangan rumah Solihin menceritakan, awalnya terdapat pembuatan sumur dalam untuk kebutuhan air bersih.

Setelah pengeboran kedua, ia mendapati sumber air di kedalaman 120 meter. Namun, setelah dibersihkan, ternyata airnya terasa asin.

Bagaimana penjelasan dari ahli geologi terkait fenomena tak biasa tersebut?

Baca juga: Video Viral Katak Disebut Mirip Tuyul Air, Begini Penjelasan LIPI

Penjelasan ahli geologi

Menanggapi hal itu, ahli geologi Universitas Gadjah Mada Doni Prakasa Eka Putra menjelaskan, air asin biasanya ditemukan dalam kedalaman tertentu.

"Itu ya tetap saja air tanah, memang air tanah itu macem-macem. Prinsipnya, semakin dalam kita mengebor, maka biasanya air tanah yang kita temukan asin," kata Doni saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/3/2021).

Menurutnya, kedalaman itu bisa bervariasi tergantung lokasi pengeboran. Misalnya, di daerah cekungan Wates, Kulon Progo, akan muncul air asin di kedalaman 40 meter.

Doni menuturkan, munculnya air asin dan bisa terbakar di Karanganyar merupakan fenomena yang sangat menarik, karena berada di lereng gunung.

"Nah kemungkinan asin itu menunjukkan bahwa air itu berada di kedalaman yang cukup dalam," jelas dia.

"Hal itu menunjukkan bahwa air itu sudah tua, dalam artian tidak ikut dalam proses hidrologi atau air yang terperangkap di bawah permukaan," tutur dia.

Baca juga: Video Viral Sapi Lepas di Kantor Disbud Bondowoso, Begini Ceritanya

Kandungan gas

Secara teori, kata Doni, kelarutan gas-gas di dalamnya akan berkurang ketika air semakin asin.

Semakin dalam air itu ditemukan, maka konsentrasi gas yang terlarut juga semakin besar.

Gas yang terlarut dalam air juga bermacam-macam. Salah satunya adalah gas metana yang mudah terbakar.

"Biasanya di bawah permukaan itu bisa terbentuk gas metana dan ikut di dalam proses aliran air tanah. Itu alamiah," ujarnya.

Namun, tak semua pengeboran akan menghasilkan air serupa. Harus ada formasi geologi yang mengandung metana di bawah permukaan.

"Khusus kasus Karanganyar ini menarik dan baru. Berarti ada sesuatu formasi geologi pada kedalaman 120 meter itu yang bisa menghasilkan gas metana," tutupnya.

Karena tak layak konsumsi, sumber air yang keluar dari bekas sumur bor tersebut dibiarkan mengalir begitu saja.

Untuk kebutuhan sehari-hari, warga menggantungkan penyedia air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas), sedangkan untuk kebutuhan konsumsi warga membeli air bersih isi ulang.

Baca juga: Viral Video Meteor Jatuh di Banggai, Ini Penjelasan Lapan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com