Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Sanksi bagi yang Menolak Divaksin Bisa Sebabkan Polemik

Kompas.com - 15/02/2021, 20:30 WIB
Rendika Ferri Kurniawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai upaya menyukseskan program vaksinasi Covid-19, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan aturan yang salah satunya berisi sanksi bagi warga yang menolak divaksin.

Sanksi tersebut terdapat dalam Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021 sebagai perubahan atas Perpres Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan pelaksanaan vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19. 

Disebutkan, sanksi bagi warga yang menolak divaksin di antaranya berupa denda atau penghentian pemberian bantuan sosial.

Baca juga: Simak, Menolak Divaksin Covid-19 Bisa Didenda hingga Tak Dapat Bansos

Potensi sebabkan polemik

Beragam tanggapan muncul setelah adanya aturan tersebut, terutama mengenai pemberian sanksi bagi masyarakat yang menolak divaksin. 

Epidemiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto menilai, pemerintah perlu mengkomunikasikan secara hati-hati kepada masyarakat terkait aturan tersebut.

Sebab kebijakan tersebut bisa menyebabkan polemik baru dan keberterimaan vaksin di masyarakat.

Baca juga: Naskah Lengkap Dua Perpres Vaksinasi Covid-19

"Kita harus mengkomunikasikan itu secara hati-hati dengan masyarakat. Yang kita kedepankan adalah kewajiban bersama untuk masyarakat. Kalau mengedepankan sanksi dan ancamannya, khawatir akan menimbulkan sesuatu yang kontra produktif," kata Tonang kepada Kompas.com, Senin (15/2/2021).

Sanksi administratif

Dijelaskan, soal sanksi bagi warga yang menolak divaksin diatur dalam Pasal 13A ayat 4, menetapkan penerima vaksin yang tidak mau mengikuti vaksinasi akan dikenakan sanksi administratif.

Sanksi administratif ini berupa penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau bantuan sosial, penundaan atau penghentian layanan administrasi pemerintahan, dan atau denda.

Baca juga: Perpres Baru Jokowi soal Vaksin Corona: Atur Sanksi, Kompensasi, hingga Penunjukan Langsung

Keberhasilan vaksinasi

Tonang juga mengatakan, keberhasilan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia menurutnya bisa ditentukan oleh dua faktor. Yakni kualitas program dan keberterimaan dari masyarakat.

Kualitas program menyangkut ketersediaan vaksin dan pelaksanaannya, sedangkan keberterimaan dari masyarakat adalah respons masyarakat akan vaksin.

"Dua hal ini menjadi yang utama. Khawatir saya akan muncul polemik baru, mengganggu keberterimaan dari masyarakat. Dua titik itu yang harus hati-hati, supaya tak ada pukulan balik," ujarnya.

Tonang menambahkan, apabila terjadi kurangnya dukungan masyarakat pada program vaksinasi yang dilakukan pemerintah, maka kondisi tersebut akan berbahaya.

Program vaksinasi baru dikatakan berhasil apabila target cakupan vaksinasi minimal terpenuhi, sehingga dapat tercapai kekebalan komunal.

"Program vaksinasi untuk bayi-bayi saja juga ada target cakupan vaksinasi minimal. Kalau tidak, beresiko tak tercapai kekebalan komunal," tuturnya.

Baca juga: Ini Rahasia Kesuksesan Program Vaksin Massal di Inggris

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

Tren
5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com