KOMPAS.com - Steak atau daging panggang adalah salah satu olahan daging yang banyak penggemarnya. Siapa yang tak suka steak? Beragam daging bisa diolah menjadi steak, seperti daging sapi, domba, atau kambing.
Diberitakan Kompas.com, 23 Februari 2020, secara umum, tingkat kematangan steak ada lima, yaitu:
Mayoritas orang Indonesia menyukai steak yang dimasak dengan tingkat kematangan medium well atau well done.
Akan tetapi, sebagian penggemar steak ada yang menyukai tingkat kematangan medium rare atau medium. Hal ini lantaran daging masih berwarna merah segar dan terasa juicy.
Baca juga: 5 Restoran Milik Artis Indonesia, dari Restoran Steak sampai Makanan Thailand
Ahli gizi DR dr Tan Shot Yen tidak menganjurkan konsumsi steak dengan tingkat kematangan di bawah well done.
"Risiko bukan hanya sekadar cacing dan kista atau telurnya, tapi juga penyakit lain yang dibawa karena daging tidak matang betul," kata dr Tan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (24/1/2021).
Dia mengatakan, restoran yang menyediakan menu steak dengan tingkat kematangan di bawah well done, seharusnya mencantumkan sertifikat keamanan pangan.
"Restoran-restoran bermutu wajib memasang itu, seperti papan izin praktek dokter. Di Jepang pun, restoran-restoran yang menyajikan sashimi harus punya sertifikasi," ujar dia.
Tan menyebutkan, sertifikasi daging semacam itu masih jarang ditemui di restoran di Indonesia.
"Tidak ada jaminan sertifikasi daging dari restorannya. Pun restorannya boro-boro disidak untuk masalah keamanan pangan," kata Tan.
"Protein, seng dan zat besi sama saja, mau medium, rare atau well done," kata Tan.
Dia menyebutkan, yang menjadi masalah pada steak adalah jika proses pemasakan membuatnya menjadi gosong.
"Area-area gosong yang justru disukai karena rasanya itu, berisiko karsinogen karena heterosiklik amino," ujar dia.
Tan juga meluruskan bahwa warna merah pada daging yang dimasak tidak matang sempurna bukanlah darah, melainkan myoglobin.