Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uang Kertas Baru 20 Riyal Arab Saudi Menimbulkan Kontroversi, Mengapa?

Kompas.com - 01/11/2020, 15:15 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Arab Saudi merilis uang kertas riyal baru untuk menandai kesempatan kepresidenan Saudi pada KTT G20 yang akan berlangsung 21-22 November 2020.

Dikutip laman Kemlu, kelompok negara-negara dunia yang tergabung dalam G20 yang dibentuk tahun 1999 merupakan forum utama kerja sama ekonomi internasional.

Kelompok negara yang memiliki posisi strategis ini secara kolektif mewakili 85 persen GDP dunia, 75 persen perdagangan global dan 2/3 penduduk dunia.

Diberitakan Arab News, 24 Oktober 2020, di uang kertas itu terdapat gambar Raja Salman dan logo KTT G20 Saudi di satu sisi.

Sementara itu di sisi lainnya menampilkan peta dunia yang menyoroti negara-negara G20 dengan warna yang lebih gelap.

Baca juga: Arab Saudi Terbitkan 650.000 Izin Umrah di Tengah Pandemi Corona

20 riyal

Dilansir Gulf Business, (25/10/2020), uang kertas yang akan diedarkan sebagai uang kertas resmi mulai 25 Oktober 2020 itu senilai 20 riyal.

Uang kertas tersebut dicetak sesuai spesifikasi teknis, fitur keamanan berkualitas tinggi, dan desain khas berwarna ungu dengan desain yang terinspirasi logo G20.

Selain itu pada sisi depan yang memuat gambar Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dan penjaga dua masjid suci dengan slogan kepresidenan Saudi dibuat dalam desain 3D.

Akan tetapi uang kertas itu menuai kontroversi.

Kontroversi peta

Kashmirscreenshoot Kashmir

Dikutip Middle East Eye, 30 Oktober 2020, uang tersebut memicu kontroversi karena mencantumkan gambar Kashmir yang disengketakan India dan Pakistan. Digambarkan di sana Kashmir sebagai negara yang merdeka.

Peta yang tercantum di uang itu memicu kemarahan di India karena menunjukkan wilayah Jammu dan Kashmir terpisah dari India.

Namun di sisi lain, peta itu disambut baik oleh warga Kashmir dan orang-orang yang bersimpati dengan perjuangan mereka.

"Itu adalah ekspresi dari apa yang akan disukai orang Kashmir. Orang Kashmir belum diberi kesempatan untuk memutuskan apakah mereka ingin merdeka atau bersama Pakistan. Ada banyak pendapat di Kashmir, tetapi sebagian besar orang tidak ingin bersama India," kata kepala World Kashmir Awareness, Mir, kepada Middle East Eye.

Peta tersebut memicu kemarahan di India, dengan para pejabat serta publik mengklaim bahwa peta itu keliru dan membuat distorsi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: BI Terbitkan Uang Rp 100.000 Kertas Pertama

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com