Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Paus dan Lumba-Lumba Bisa Terdampar? Ini Beberapa Sebabnya...

Kompas.com - 17/10/2020, 05:57 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cerita mengenai paus atau lumba-lumba yang terdampar seringkali banyak ditemukan.

Baik itu di media sosial maupun juga di media massa.

Seperti saat ratusan paus pilot terdampar secara massal di selatan Australia pada September 2020 lalu.

Apabila mereka terdampar, tubuh mereka bisa mengering, kepanasan, menderita luka, bahkan berujung pada kematian.

Sistem navigasi

Seperti burung yang berimigrasi, beberapa spesies paus juga melakukan perjalanan jauh setiap tahunnya.

Di musim dingin, paus berimigrasi dari laut utara yang dingin ke perairan yang lebih hangat di selatan dan paus dari perairan selatan pindah ke utara pada musim yang sama.

Beberapa bulan kemudian mereka mulai melakukan perjalanan pulang.

Dikutip dari DW, Kamis (8/10/2020), paus dan lumba-lumba memiliki sonar bawah air yang kuat. Mereka menyesuaikan diri dalam perjalanan dengan memancarkan gelombang suara.

Ketika gelombang suara ini bertabrakan dengan suatu objek, maka akan terpantul kembali sebagai gema ke telinga mereka.

Semakin cepat suara kembali, berarti semakin dekat mangsa, rintangan atau pantai di sekitar mereka.

Baca juga: Tak Semua Paus Terdampar Bisa Diselamatkan, Australia Akan Suntik Mati Sebagian

Pengaruh medan magnet bumi

Selain menggunakan sonar bawah air untuk mengorientasikan diri, paus tampaknya bergantung pada garis medan magnet bumi. Sebab, rute migrasi mereka seringkali paralel dengan garis tersebut.

Fluktuasi kecil medan magnet bumi tampaknya berfungsi seperti semacam peta. Sementara paus memiliki kristal magnetik yang ada di tengkorak mereka.

Dalam beberapa kasus, paus bisa dibungungkan oleh gangguan medan geomagnetik di dekat pantai.

Medan magnet yang tegak lurus dengan daratan juga dianggap berperan dalam terdamparnya paus secara massal di wilayah pesisir tertentu.

Fenomena badai dan bintik matari yang terjadi setiap beberapa tahun, menyebabkan perubahan yang cukup besar pada medan magnet bumi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com