Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Virus Mutan, Apa yang Perlu Dikhawatirkan dari SARS-CoV-2?

Kompas.com - 21/09/2020, 20:55 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan telah mengamati SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, sejak awal pandemi hingga saat ini.

Dilansir dari The Guardian, (20/9/2020), mereka dapat melihat virus itu berkembang, tetapi perkembangan itu terjadi pada kecepatan glasial dibandingkan dengan dua virus lain (yang menyebabkan flu dan AIDS) dengan potensi pandemi.

Hal ini menjadi kabar baik untuk upaya mengembangkan vaksin dan perawatan, tetapi para ilmuwan tetap waspada bahwa apa pun masih bisa terjadi.

Seorang dokter penyakit menular di Universitas Sheffield dan anggota Covid-19 Genomics UK Consortium, Thushan de Silva mengatakan, virus SARS-CoV-2 berkembang. 

Baca juga: Alasan Mutasi Virus D614G Tak Memengaruhi Pengembangan Vaksin Covid-19

Melacak virus mutasi "G"

Semua rangkaian genom SARS-CoV-2 disimpan di GISAID (Inisiatif Global untuk Berbagi Semua Data Influenza).

Setiap urutan berasal dari individu yang terinfeksi, dan dengan mengumpulkan serta membandingkannya, para ilmuwan dapat melacak mutasi dalam kode genetik virus dan, dalam arti tertentu, riwayat hidup SARS-CoV-2.

Diketahui, mutasi muncul melalui replikasi virus, karena dalam menggandakan dirinya sendiri virus harus menyalin kode genetiknya, dan jarang terjadi dengan sempurna.

Virus corona dinilai tidak terlalu rentan terhadap kesalahan dibandingkan virus flu, karena mereka memiliki mekanisme pemeriksaan bawaan yang lebih baik.

Meski begitu, sejak SARS-CoV-2 muncul sebagai patogen manusia, di suatu tempat di sekitar Wuhan, China, ribuan mutasi serupa telah diamati.

Sebagian besar mutasi tidak berpengaruh pada virus yang telah menginfeksi lebih dari 30 juta orang di seluruh dunia tersebut.

Mutasi dapat lenyap segera setelah muncul atau dapat menumbuhkan garis keturunan baru.

Selain itu, para ilmuwan mewaspadai mutasi yang menyebar dengan cepat, terutama jika mereka melakukannya di lokasi terpisah.

Karena mereka mungkin termasuk dalam minoritas langka yang mengubah cara virus berperilaku.

Perubahan itu dapat mendorong varian untuk mendominasi populasi virus melalui seleksi alam. 

Apabila itu membuat virus lebih fit atau lebih mampu bertahan dan bereproduksi, maka itu bisa menjadi berita buruk bagi manusia.

Baca juga: LIPI Berhasil Urutkan Genom Virus Corona SARS-CoV-2, Apa Manfaatnya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com