Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertambah Dua Ekor, Bagaimana Kondisi Konservasi Badak Jawa di Ujung Kulon?

Kompas.com - 20/09/2020, 16:35 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mengumumkan kelahiran dua ekor badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon.

Mengutip pernyataan dari akun Twitter resmi Kementerian LHK, Minggu (20/9/2020) keberadaan kedua anak badak itu diketahui dari hasil pemantauan tim Balai TN Ujung Kulon sejak Maret-Agustus 2020.

Pemantauan dilakukan dengan menggunakan 93 kamera video jebak atau (video trap).

Baca juga: Saat Populasi Hewan di Dunia Turun 68 Persen dalam 50 Tahun...

Sementara itu, hingga Agustus tahun ini, jumlah kumulatif Badak Jawa menurut data terakhir Kementerian LHK, mencapai 74 individu, masing-masing 40 jantan dan 34 betina.

Jumlah tersebut termasuk dua ekor badak Jawa yang baru lahir, yaitu anak badak jantan Luther dan anak badak betina Helen.

Untuk komposisi umur populasi badak, terdiri dari 15 ekor berusia anak-anak dan 59 ekor merupakan usia remaja-dewasa.

Baca juga: Mengenal Harimau Sumatera yang Terancam Punah...

Kondisi konservasi 

Patung badak jawa bercula satu dihadirkan di Paviliun Indonesia dalam World Expo Milan 2015 di Milan, Italia, Minggu (16/8/2015). Pameran berlangsung sejak 1 Mei hingga 31 Oktober 2015. Seusai pameran, patung perunggu badak jawa berbobot 500 kilogram itu akan diserahkan ke Museum Vatikan sebagai hadiah untuk Paus Tahta Suci Vatikan. Pada 1516, seekor badak Jawa hidup pernah dikirimkan ke Paus Leo X di Vatikan, tetapi kapal pengangkutnya karam di sekitar pantai Italia. KOMPAS/NAWA TUNGGAL Patung badak jawa bercula satu dihadirkan di Paviliun Indonesia dalam World Expo Milan 2015 di Milan, Italia, Minggu (16/8/2015). Pameran berlangsung sejak 1 Mei hingga 31 Oktober 2015. Seusai pameran, patung perunggu badak jawa berbobot 500 kilogram itu akan diserahkan ke Museum Vatikan sebagai hadiah untuk Paus Tahta Suci Vatikan. Pada 1516, seekor badak Jawa hidup pernah dikirimkan ke Paus Leo X di Vatikan, tetapi kapal pengangkutnya karam di sekitar pantai Italia.

Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno mengatakan, kelahiran dua ekor badak Jawa pada tahun ini menandakan bahwa kondisi habitat Badak Jawa di TN Ujung Kulon terbukti masih baik.

“Kelahiran badak Jawa di TN Ujung Kulon tersebut juga mempertegas bahwa populasi badak Jawa terus mengalami perkembangbiakan alami dengan baik, sehingga terus memberi harapan besar bagi kelangsungan hidup satwa langka spesies Badak Jawa” kata Wiratno saat dihubungi Kompas.com, Minggu (20/9/2020).

Kelahiran badak Jawa tidak hanya terjadi tahun ini saja. Wiratno mengatakan, pada 2019 lalu ada empat ekor anak badak yang lahir.

Baca juga: Selain Udang Asal Sulawesi, Ini 5 Hewan di Indonesia yang Terancam Punah

Namun, meski ada harapan bahwa kelangsungan hidup badak Jawa bisa dilestarikan, Wiratno menyebut bahwa badak Jawa adalah spesies yang sensitif dan butuh perlindungan penuh.

"Agar tidak orang memasang jerat, dan hal lain yang mengganggu konservasi. Di Ujung Kulon ada hampir 100 kamera trap yang dipasang dan aktif. Setiap bulan baterainya diganti, sambil dilihat apakah ditemukan keberadaan badak," kata Wiratno.

Selain itu, dia menambahkan bahwa patroli keliling TN Ujung Kulon juga dilakukan secara terus-menerus, agar kondisi badak bisa dipantau.

Baca juga: Mencairnya Es di Greenland dan Risiko Banjir Tahunan...

"Karena badak ini kan tidak bisa dipasangai GPS (Global Positioning System), tidak seperti gajah. Kalau gajah bisa dipasangi GPS dan dipantau lewat smartphone bisa, baterai GPS-nya juga tahan dua tahun, sehingga ke mana gajah itu bergerak bisa dipantau," ujar dia.

Untuk badak, pemantauan dilakukan melalui kamera video jebak yang dipasang di beberapa tempat, seperti tempat badak berkubang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com