Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Yth Bapak Presiden...

Kompas.com - 04/08/2020, 11:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Judul di atas saya ambil dari judul sebuah buku terbitan lembaga swadya masyarakat (LSM) Rumah Kebangsaan bulan Juni 2014. Judul lengkap dari buku ini adalah Yth Bapak Presiden: Pesan untuk Indonesia Sejahtera dan Berkeadilan.

Cetakan pertama buku ini Juni 2014 atau sekitar satu bulan sebelum pemilihan presiden tanggal 9 Juli 2014. Buku ini berisi pesan-pesan untuk presiden yang dihasilkan untuk pemilihan presiden waktu itu. Pemenang pilpres itu adalah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden (waktu itu) Jusuf Kalla.

Ada 30 penulis menyampaikan pesan-pesan untuk presiden pemenang pilpres tersebut. Pesan-pesan itu tertulis.

Ini mengingatkan saya pada pepatah Latin kuno dari Roma, verba volant, scripta manent, artinya, kata-kata yang diucapkan terbang, kata-kata tertulis tetap ada.

Itu artinya, kata-kata lisan mudah dilupakan, tetapi tulisan akan tetap ada atau abadi. Yang tertulis biarkan tertulis.

Kita buka kembali buku itu. Beberapa penulisnya ada yang bekerja atau jadi pegawai di Istana Kepresidenan, ada juga yang di luar Istana. Ada juga yang menjadi menteri, yakni Teten Masduki, menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah.

Kang Teten selain menulis artikel "Jalan Pedang Memerangi Korupsi" (halaman 91), juga memberi pengantar buku ini sebagai Pelaksana Harian Rumah Kebangsaan.

Sebelum melihat isi tulisan Kang Teten yang cukup enak dibaca saat ini, kita simak dulu isi pesan penulis lain yang cukup mengasyikan untuk dikutip beberapa kalimat dalam artikelnya.

Kita lihat artikel Arifin Panigoro, sebagai salah satu pendiri perkumpulan Rumah Kebangsaan yang kini menjadi salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

Sebagai catatan tambahan lembaga Wantimpres, seperti halnya lembaga staf khusus presiden ini didirikan pertamakali di dalam istana, oleh Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.

Anda tidak layak

Coba kita cuplik beberapa kalimat tulisan Arifin Panigoro di bawah judul “Solusi Krisis Energi Nasional” (halaman 198 - 203).

“Jangan lagi berpatokan pada cadangan minyak yang tinggal yang tinggal 3,7 milyar barrel dan diperkirakan akan habis sebelah tahun lagi.” Begitu kata Arifin.

“Apa lagi jika Anda sejak awal sudah berancang-ancang menggantungkan diri pada impor bahan bakar minyak (BBM), lebih baik segera saja turun dari kursi terhormat. Anda sungguh tidak layak memimpin Republik Indonesia yang perkasa !”. Waduh. Begitu seruan pesan Arifin Panigoro itu.

“Enough is enough! Katakan itu dengan lantang kepada kebijakan atau platform energi di masa lalu. Republikmu telah dibelit krisis energi. Impor BBM oleh Pertamina menggila hingga 150 juta dollar AS per hari..........Di sektor listrik pun tidak kalah amburadul....”.

Tapi sekali lagi, jangan lupa ini kalimat ditulis oleh Arifin Panigoro tahun 2014 lalu, enam tahun lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com