Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siklon Amphan Mendekat, Dua Juta Warga India dan Bangladesh Akan Diungsikan

Kompas.com - 19/05/2020, 07:28 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – India dan Bangladesh memulai langkah mengevakuasi lebih dari 2 juta orang warganya akibat Siklon Amphan yang bergerak menuju pantai mereka.

Para petugas terkait tengah bergegas menyiapkan tempat pengungsian yang layak di saat kehawatiran virus corona juga merebak di dua negara tersebut.

Topan Amphan, diramalkan telah mencapai kecepatan angin hingga 240 km per jam dengan hembusan 265 km per jam di Teluk Bengal pada Senin (18/5/2020) malam dan diprediksi akan mendarat pada Hari Rabu (20/5/2020).

Baca juga: Program Pengujian Virus Corona yang Didanai Bill Gates Dihentikan, Ini Alasannya

Bangladesh siapkan pengungsian

Dikutip dari South China morning Post, Senin (18/5/2020), Sekretaris manajemen bencana Bangladesh, Shah Kamal mengatakan lebih dari 12.000 tempat berlindung, termasuk 7.000 sekolah disiapkan untuk mencegah kerumunan di tengah adanya kekhawatiran penyebaran virus.

Pengungsi juga diminta menggunakan masker dan diimbau untuk mengenakan sarung tangan saat berada di pengungsian.

Dia mengatakan mereka memiliki kapasitas penampungan pengungsi untuk lebih dari 5 juta orang.

Topan Amphan diperkirakan akan melemah sebelum menghantam wilayah bagian timur India dan pantai selatan maupun barat daya Bangladesh.

Tetapi nantinya angin diperkirakan berkecepatan hingga 175 km per jam membuatnya menjadi badai kategori enam dari total 7 skala untuk ukuran kegawatan badai tropis di India.

“Topan itu akan membawa hujan lebat dan angin berkecepatan tinggi ke distrik-distrik di negara bagian Benggala Barat dan Odisha,” ujar GK Das dari Pusat Meteorologi Regional di Kolkata.

Pejabat Bangladesh memperingatkan ini bisa menjadi badai terburuk yang menghantam wilayah itu sejak Topan Sidr pada November 2007 yang menewaskan lebih dari 3.000 orang.

Baca juga: Penjelasan Lapan tentang Fenomena Lockdown Matahari, Apa Dampaknya?

India pindahkan 200.000 warga

Di India lebih dari 200.000 orang di daerah dataran rendah akan dipindahkan ke Benggala Barat pada hari Selasa (19/5/2020)

Sementara di Odisha, India Timur akan disiapkan tempat penampungan untuk 1,1 juta orang meskipun daerah itu akan terhindar dari badai dan mungkin hanya 10 persen dari kapasitas ruang yang terpakai.

Dilansir dari The India Times, (18/5/2020), East Coast Railway pada hari Senin memutuskan untuk menunda menjalankan semua kereta khusus di rute Bhubaneswar-Kharagpur mengingat kemungkinan badai 'Amphan' yang mendekat.

Selain itu, Departemen Metrologi India telah menyarankan penutupan total pengiriman dan kegiatan nelayan di beberapa bagian Bengal Barat dan Odisha hingga 20 Mei.

Baca juga: Sekolah Dibuka Kembali Juli, Berikut Panduan New Normal Cegah Corona

Pantai daratan rendah Bangladesh yang merupakan tempat tinggal 30 juta orang, serta wilayah timur India memang kerap dihantam angin topan dalam beberapa dekade belakangan.

Tahun 1999, Odisha dihantam topan super yang menyebabkan 10.000 orang tewas. Sementara pada 1991, kombinasi topan, tornado dan banjir menewaskan 139.000 orang di Bangladesh.

Seiring berjalannya waktu intensitas badai meningkat karena diduga kuat dipengaruhi oleh adanya perubahan iklim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com