KOMPAS.com – Masih sulit dan minimnya akses data lengkap kasus virus corona Covid-19 di Indonesia mendapatkan kritik dari sejumlah ahli.
Terutama ahli seperti biostatistika dan epidemiologi untuk melakukan riset tentang virus corona di Indonesia.
Padahal, ketersediaan data yang lengkap dan terbaru penting untuk memprediksi laju penyebaran virus corona dan menentukan langkah terbaik keluar dari wabah virus corona.
Baca juga: Jerman dan Sejumlah Negara Eropa Mulai Longgarkan Lockdown Corona
Acuan data untuk menyusun strategi hadapi pandemi
Termasuk para ahli untuk memberikan masukan mengenai strategi jangka pendek, menengah dan jangka panjang dalam menghadapi pandemi virus corona Covid-19.
“Seperti kita perang tapi pakai peta negara lain. Lembaga survei memprediksi akhir pandemi di Indonesia tapi pakai perbandingan data negara lain,” kata epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman dalam webinar Covid-19: Prediction and Exit Strategy yang digagas Universitas Airlangga, Sabtu (9/5/2020).
Dicky mengatakan, apabila memakai data dari kasus yang ada di Indonesia maka seperti perang memakai peta sendiri akan lebih valid dan tepat dalam penyusunan skenario melawan pandemi corona.
Dalam setiap pandemi, kata Dicky, sebuah wilayah atau negara perlu menyusun exit strategy.
“Menyusun skenario jangka pendek, menengah dan jangka panjang,” papar dia.
Testing masih rendah
Dicky menyebut, salah satu strategi dalam setiap pandemi adalah memperbanyak dan memperluas jangkauan testing. Strategi lainnya adalah tracing, treat, dan isolate.
“Data dari testing itu yang pertama. Apabila testing tidak dilakukan, seakan tidak ada potensi masalah, padahal karena testing masih belum optimal. Testing yang harus dimasifkan,” papar Dicky.
Baca juga: Riset Dosen Unair: Pandemi Corona Indonesia Mereda Awal Agustus
Sementara untuk batasan tes, Dicky mengatakan, positifity rate yang dijadikan patokan. Secara umum apabila Indonesia melakukan 5 persen tes sudah bagus. Setidaknya ada target yang perlu dituju.
Indonesia saat ini sudah melakukan 150.887 tes dan pada Sabtu (9/5/2020) melaporkan kasus positif terbanyak sejak 2 Maret 2020 dengan 533 kasus.
Mekipun demikian, jumlah tes di Indonesia masih rendah sebab rata-rata tidak sampai 10.000 per hari.