KOMPAS.com - Berbagai penemuan penting banyak ditemukan oleh orang di dunia barat. Salah satunya penemuan alat transportasi tanpa mesin, sepeda.
Namun tahukah Anda, meski diciptakan oleh orang Jerman, ternyata sepeda yang sering kita temui sekarang tercipta akibat fenomena letusan Gunung Tambora tahun di Nusa Tenggara Barat yang terjadi pada tahun 1815.
Mengapa bisa begitu?
Dampak letusan
Sebagaimana banyak dituliskan dalam referensi sejarah, letusan Tambora 2 abad lalu menjadi salah satu yang terkuat di dunia. Tak kurang dari 92.000 jiwa meninggal akibat peristiwa vulkanik ini.
Meski terletak di Indonesia bagian tengah, namun dampak dari letusan itu memengaruhi dan berdampak ke kehidupan di seluruh dunia.
Abu yang disemburkan letusan Tambora mempengaruhi suhu rata-rata dunia turun hingga 3 derajat celcius. Letusan ini juga membuat sejumlah negara di belahan bumi utara tak memiliki musim panas selama satu tahun.
Tanaman gagal dipanen dan banyak binatang ternak mati karena kelaparan, salah satunya adalah kuda yang ketika itu banyak dimanfaatkan manusia untuk sarana transportasi berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Baca juga: Erupsi Gunung Anak Krakatau Tak Sebabkan Tsunami, Ini Penjelasan BMKG
Menginspirasi pembuatan sepeda
Dikutip dari Live Science (30/8/2017), pada tahun 1817 seorang berkebangsaan Jerman bernama Karl von Drais membuat kendaraan dengan dua roda.
Temuan itu belum disebut sebagai sepeda kala itu. Ketika itu karya Drais ini dikenal di seluruh kawasan Eropa dengan nama yang berbeda-beda. Alat itu disebut mulai dari draisienne, dandy horse, dan hobby horse.
Awal mula diciptakan, sepeda buatan Drais belum menggunakan mesin bekecepatan aerodinamis seperti sepeda yang saat ini ada.
Sepeda Drais dulu memiliki berat hingga 23 kilogram, roda pun dibuat dari kayu, bukan ban berbahan dasar karet.
Bagian tempat duduk terbuat dari kulit yang dipaku ke kerangka sepeda. Sementara bagian stang terbuat dari bahan yang sama dengan roda, yakni dari bahan kayu.
Ketika itu, setang kayu belumlah sempurna.