Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Potensi Penularan Virus Corona Lewat Udara, Ini Peringatan WHO

Kompas.com - 18/03/2020, 20:45 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai memperhatikan tindakan pencegahan penularan virus corona lewat udara bagi para staf medis.

Pertimbangan ini dilakukan setelah sebuah studi baru menunjukkan bahwa virus corona dapat bertahan hidup di udara dalam beberapa kondisi.

"Virus ini ditularkan melalui tetesan, atau sedikit cairan, sebagian besar melalui bersin atau batuk," kata Kepala Unit Penyakit Emerging dan Zoonosis WHO, Dr Maria Van Kerkhove sebagaimana dikutip CNBC.

Menurut Kerkhove, menjadi sangat penting bagi para pekerja pelayanan kesehatan untuk menambah tindakan pencegahan ketika mereka bekerja untuk pasien dan melakukan prosedur tersebut.

Para pejabat kesehatan dunia mengatakan, penyakit pernapasan menyebar melalui kontak antar manusia, tetesan saat bersin dan batuk, serta kuman yang tertinggal pada benda mati.

Virus corona dapat melayang di udara, tetap berada di udara, bergantung pada faktor-faktor lain seperti panas dan kelembaban.

Baca juga: Pandemi Global Virus Corona, Ini Catatan Tenis ATP dan WTA

Kondisi tertentu

Melasir CNBC, Kerkhove mengatakan, para pejabat kesehatan mengetahui beberapa penelitian di sejumlah negara dengan lingkungan yang berbeda di mana Covid-19 dapat bertahan.

Para ilmuwan secara khusus melihat bagaimana kelembaban, suhu, hingga pencahayaan ultraviolet dapat mempengaruhi penyakit ini. 

Selain itu, juga berapa lama virus tersebut dapat hidup di permukaan benda yang berbeda, termasuk baja.

Para pejabat kesehatan menggunakan informasi-informasi ini untuk memastikan bahwa pedoman yang dikeluarkan WHO telah sesuai.

"Sejauh ini, kami yakin bahwa pedoman yang kami miliki sesuai," kata Kerkhove.

Baca juga: Cegah Virus Corona, Museum Samudera Pasai Aceh Tutup 2 Minggu

Memakai masker N95

Mereka merekomendasikan para staf medis memakai masker N95 untuk menyaring sekitar 95 persen dari semua partikel cair dan udara yang ada. 

"Di fasilitas-fasilitas layanan kesehatan, kami memastikan para petugas menggunakan tindakan pencegahan standar tanpa pengecualian," tambah Kerkhove.

Sementara, Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS, Robert Redfield mengatakan kepada Kongres bahwa pihaknya secara agresif mengevaluasi berapa lama Covid-19 dapat bertahan, terutama di suatu permukaan.

"Pada tembaga dan baja, sangat tipikal, yaitu sekitar dua jam," kata Redfield.

Baca juga: Update Sebaran Covid-19 di Jawa Barat Per 18 Maret

Sementara, di permukaan lain seperti kardus dan plastik, akan bertahan lebih lama.

Kemudian, secara terpisah, Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada hari Senin (16/3/2020) lalu bahwa ada peningkatan cepat kasus Covid-19 dalam seminggu terakhir.

"Kami memiliki pesan sederhana untuk semua negara: uji, uji, uji. Uji setiap kasus yang dicurigai. Jika positif, lakukan isolasi dan cari tahu dengan siapa saja mereka melakukan kontak dari dua hari sebelum mereka menunjukkan gejala dan uji juga orang-orang tersebut," kata Tedros. 

Baca juga: Rencana Olimpiade 2020 Tetap Berlanjut Dapat Kecaman dari Anggota IOC

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Tren
Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Tren
Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut sebagai Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut sebagai Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com