Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Pandangan Susi, Edhy, hingga Jokowi soal Ekspor Benih Lobster...

Kompas.com - 18/12/2019, 18:38 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rencana Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo untuk membuka keran ekspor benih lobster menuai sejumlah kontroversi.

Meskipun masih dalam tahap pengkajian dan jauh dari kata pengesahan, wacana ini sudah menuai banyak banyak kontroversi dari netizen melalui berbagai media sosial. 

Tak hanya itu, Menteri KKP di periode sebelumnya, Susi Pudjiastuti juga langsung reaktif mengetahui informasi ini.

Melalui Instagram dan Twitter-nya, Susi menyampaikan ketidaksetujuannya atas rencana yang tengah digodok Edhy di Kementerian KKP.

Susi menganggap benih lobster yang ditangkap dan dijual ke negara lain hanya merugikan Indonesia, baik dari segi finansial maupun keutuhan ekosistem.

Benih lobster bila dibiarkan besar di lautan Indonesia, maka nantinya nelayan dapat memanennya saat ukurannya sudah besar dan memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi.

Selain itu, jika benih lobster ditangkap dan diekspor ke luar negeri, maka lobster akan sulit didapatkan oleh nelayan kita.

"Lobster yang bernilai ekonomi tinggi tidak boleh punah, hanya karena ketamakan kita untuk menjual bibitnya; dengan harga seperseratusnya pun tidak. Astagfirullah... karunia Tuhan tidak boleh kita kufur akan nikmat dari-Nya," tulis Susi di akun Twitter @susipudjiastuti.

Selama menjabat Menteri KKP 2014-2019 Susi memang terkenal tegas melindungi keberadaan telur dan benih lobster di lautan. Ia melarang keras segala bentuk penangkapan apalagi penjualan benih-benih lobster.

Peraturan itu tertuang dalam Permen No 56 Tahun 2016.

Baca juga: Saat Jonan, Susi Pudjiastuti hingga Rudiantara Masuk Bursa Bos BUMN...

Dalih Kesejahteraan Nelayan

Benih lobster senilai Rp 37 miliar yang berhasil digagalkan penyelundupannya oleh pemerintah di Jambi pada Kamis (18/4/2019). Dok. Kementerian Kelautan dan Perikanan Benih lobster senilai Rp 37 miliar yang berhasil digagalkan penyelundupannya oleh pemerintah di Jambi pada Kamis (18/4/2019).

Bertolak belakang dengan Susi, Edhy berpendapat kebijakan ini harus ia lakukan sebagai langkah untuk memerhatikan kesejahteraan para nelayan, dengan tidak mengabaikan kelestarian lobster di lautan.

"Ada muncul wacana ekspor, tentu ini harus dikaji lagi apakah bertahap atau dengan kuota. Seandainya kita ekspor sejuta benih lobster misalnya. Berapa nilai yang benar-benar masuk ke nelayan dan berapa nilai yang masuk ke pajak negara," kata Edhy dikutip dari artikel Kompas.com (15/12/2019).

Alasan lain, Edhy menyatakan pelarangan ekspor tidak bisa menghentikan penyelundupan benih lobster yang ada di Indonesia. Jadi, menurutnya akan lebih baik apabila perdagangan benih lobster itu terpantau melalui cara legal, sehingga lebih menguntungkan nelayan juga Negara.

"Kalau dibiarkan nyatanya penyeludupan tetap berjalan. Makanya kita buka saja (ekspor), sehingga penyeludupan di Indonesia tidak punya nilai lagi," jelasnya.

Di pihak lain, Presiden Jokowi juga memberikan tanggapan terkait seteru yang terjadi antara Edhy dan Susi.

Entah berpihak pada Edhy atau Susi, Jokowi memberikan jawaban yang seolah menengahi keduanya.

Yang paling penting, menurut saya, negara mendapatkan manfaat, nelayan mendapatkan manfaat, lingkungan tidak rusak. Yang paling penting itu. Jangan juga awur-awuran, semua ditangkapin, diekspor, juga enggak benar," kata Jokowi, Selasa (17/12/2019).

Baca juga: Mengintip Gaji dan Tunjangan Wantimpres Jokowi-Maruf...

(Sumber: Kompas.com/Kiki Safitri, Fika Nurul Ulya, Ihsanuddin | Editor: Sakina Rakhma Dina Setiawan, Yoga Sukmana, Kristian Erdianto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com