KOMPAS.com - Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan seorang perempuan yang terekam mencabut tanaman yang berada di pembatas jalan tol.
Video ini mendapatkan respons dari warganet sehingga menyebar dan mengundah beragam komentar.
Sebagian besar menyayangkan tindakan perempuan tersebut karena dianggap mengambil yang bukan haknya dan merusak fasilitas publik.
Namun, kejadian seperti ini, merusak fasilitas publik, bukan hanya kali ini terjadi.
Tindakan lainnya pernah terjadi, seperti mencuri lampu jembatan, pencurian bantalan rel kereta api, atau salah satu taman di Surabaya yang rusak akibat diinjak-injak masyarakat peserta sebuah acara.
Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono menilai, fenomena seperti ini menunjukkan ada persoalan serius karena tidak adanya kepedulian masyarakat untuk menjaga fasilitas publik.
Baca juga: Viral Video Perempuan Cabut Bunga di Tol Singosari-Malang, Ini Tanggapan Jasa Marga
Apa yang menyebabkan hal ini terjadi?
Pertama, menurut Drajat, adanya keterasingan ruang publik di tengah masyarakat. Ruang publik dinilai tidak memiliki makna tertentu bagi mereka.
Hal ini membuat masyarakat tidak memiliki kepedulian untuk turut menjaganya.
Sebaliknya, mereka merasa bisa mengambil, merusak, atau melakukan apa pun terhadap apa yang ada di ruang publik.
Drajat menyebutkan, hal ini dilatarbelakangi oleh kontrol negara atau pemerintah yang terlalu kuat terhadap ruang publik.
"Memang selama ini negara yang mengambil alih, dikelola oleh negara, dimiliki oleh negara, maka ruang-ruang publik itu tidak dirasakan milik rakyat," kata Drajat saat dihubungi Kompas.com, Senin (16/12/2019) malam.
"Karena tidak dirasakan milik mereka sendiri, maka mereka ada yang memetik, mengambil gitu. Jadi ada kayak semacam ketidakbermaknaan terhadap ruang publik itu," lanjut dia.
Drajat menilai, hal ini membuat masyarakat merasa, apa pun yang terjadi pada fasilitas publik, ada negara atau pemerintah yang akan memperbaikinya.