Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Bahagia karena Kemarin, Sekarang, atau Esok?

Kompas.com - 31/12/2023, 15:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERINGATAN pergantian tahun adalah bukti bahwa waktu memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.

Berdasarkan status kejadiannya, waktu bisa dipandang dalam tiga perspektif, yaitu waktu “lampau”, “saat ini”, dan “akan datang”. Kita umum membahasakan yang “lampau” dengan “kemarin”, “saat ini” dengan sekarang, dan “akan datang” dengan esok.

Tiga perspektif waktu ini ternyata terkait dengan kebahagiaan manusia. Kebahagiaan adalah kondisi diri yang ditandai dengan rasa puas, senang, dan penuh kebersyukuran. Maka, waktu akan terkait dengan rasa puas, senang, dan kebersyukuran kita.

Kebahagiaan secara mental terkait dengan “saat ini”. Kebahagiaan dapat dipandang sebagai hasil evaluasi seseorang atas dirinya sendiri sekarang ini.

Jika saat ini seseorang puas, senang, dan bersyukur dengan yang sedang terjadi, maka ia akan disebut sedang berbahagia.

Pandangan semacam ini, di psikologi disuarakan oleh mazhab humanistik. Mazhab humanistik memandang manusia punya kendali atas dirinya; manusia berperilaku bukan karena sesuatu yang tidak disadari, tetapi didorong oleh sesuatu yang sepenuhnya mereka sadari.

Berdasarkan teori ini maka ada pandangan bahwa “saat ini” dan “di sini” adalah yang paling penting bagi kebahagiaan manusia, melebihi "kemarin" dan "esok".

“Saat ini” artinya sekarang ini; “di sini” artinya di tempat di mana diri berada saat ini. Manusia dapat berbagia karena sesuatu yang terjadi “saat ini” dan “di sini” dievaluasi atau dinilai baik oleh dirinya sendiri.

Namun agar ini dapat terjadi syaratnya kita perlu menyadari secara penuh waktu dan tempat di mana kita berada saat ini. Menyadari bahwa pada dasarnya semua yang terjadi baik-baik saja.

"Saat ini" menjadi penting karena seseorang yang menyesal atas masa lalu dan takut akan masa depan bukanlah orang yang berbahagia. Terjebak masa lalu atau terancam masa depan sama-sama akan membuat kita tidak bahagia.

Mazhab psikoanalisa, salah satu mazhab lain di psikologi, memandang bahwa sesuatu pada masa lampau sangat erat kaitannya dengan yang kita lakukan saat ini.

Bila dikaitkan dengan pandangan itu, maka kita bisa berbahagia, karena kita menilai bahwa semua yang telah terjadi pada masa lampau baik adanya.

Jika kita menilai masa lalu kita dengan buruk atau bahkan menyesal atas yang telah terjadi, maka kita bisa tidak bahagia.

Sama seperti halnya “saat ini” dan “lampau”, ternyata “esok” juga terkait dengan kebahagiaan. Ada teori di Psikologi yang terkait dengan “esok”, yaitu teori harapan.

Menurut Snyder (2002), harapan adalah pemikiran tentang esok yang ditandai dengan adanya tujuan yang jelas, motivasi kuat untuk mencapai tujuan tersebut, serta disertai upaya nyata untuk mewujudkan tujuan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com