Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Indonesia Menghadapi Perang Dingin

Kompas.com - 12/12/2023, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Perang Dingin adalah periode ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet, yang berangsung sejak 1947 hingga 1991.

Latar belakang terjadinya Perang Dingin adalah perbedaan ideologi antara AS (liberal-kapitalis) dan Uni Soviet (komunis-sosialis).

AS khawatir terhadap perkembangan komunisme Uni Soviet, sedangkan Uni Soviet masih geram atas AS yang tidak segera mengambil sikap saat Perang Dunia II, yang mengakibatkan banyak kerugian nyawa di pihaknya.

Dengan kata lain, kekhawatiran akan penyebaran komunisme dan dendam lama pada masa Perang Dunia II membuat AS dan Uni Soviet saling bermusuhan.

Dua negara adidaya tersebut tidak hanya didukung oleh sekutunya masing-masing, tetapi juga saling berebut pengaruh terhadap negara lain hingga membuat kekuatan politik dunia terpolarisasi menjadi dua blok.

Blok Barat merupakan sekutu Amerika Serikat, sedangkan Blok Timur dipimpin Uni Soviet.

Dalam situasi tersebut, Indonesia tidak memihak salah satu blok dan melakukan serangkaian upaya guna menghadapi imbas Perang Dingin.

Apa yang dilakukan Indonesia dalam menghadapi Perang Dingin?

Baca juga: Bentuk-Bentuk Perang Dingin

Peran Indonesia dalam Perang Dingin

Salah satu upaya yang dilakukan Indonesia dalam menghadapi Perang Dingin adalah turut menjadi pemrakarsa pembentukan Gerakan Non-Blok (GNB).

Gerakan Non-Blok (GNB) tercetus pada 1950-an dari keprihatinan negara dunia ketiga atau negara yang tidak memihak salah satu blok, terhadap situasi dunia saat itu akibat Perang Dingin.

Negara-negara dunia ketiga di Asia dan Afrika kerap menjadi obyek perebutan pengaruh oleh Blok Barat dan Blok Timur.

Sebelum mendeklarasikan berdirinya GNB, para pemimpin negara berkembang mengadakan empat kali pertemuan, yaitu:

  • Pertemuan di Kolombo pada 28 April-2 Mei 1954
  • Pertemuan di Bogor pada 29 Desember 1954
  • Pertemuan KAA di Bandung pada 18-24 April 1955
  • Pertemuan di Kairo pada 5-12 Juni 1961

Baca juga: Dampak Psikologis Perang Dingin

Indonesia tercatat dua kali menjadi tuan rumah pertemuan yang menjadi cikal bakal GNB.

Pertemuan KAA di Bandung, Jawa Barat, pada 18-24 April 1955 yang dihadiri pemimpin dari 29 negara berkembang di Asia-Afrika menjadi tonggak lahirnya GNB.

Kemudian, pada Konferensi Tingkat Tinggi di Yugoslavia yang berlangsung antara 1-6 September 1961, secara resmi dideklarasikan berdirinya Gerakan Non-Blok.

Gerakan Non-Blok (GNB) adalah organisasi internasional yang terdiri dari 120 negara yang menganggap diri mereka tidak beraliansi dengan kekuatan besar apapun.

Organisasi ini didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam Konferensi Asia-Afrika yang disebut Dasasila Bandung.

Indonesia, bersama India, Mesir, Yugoslavia, dan Ghana, merupakan pendiri GNB, yang bertujuan untuk menjaga netralitas negara-negara dunia ketiga pada masa Perang Dingin.

Baca juga: Siapa yang Menang dalam Perang Dingin?

Selain menjadi pencetus GNB, beberapa peran Indonesia dalam masa Perang Dingin, di antaranya:

  • Aktif dalam organisasi internasional dan ikut serta dalam upaya mencapai perdamaian dunia
  • Menjadi pendiri ASEAN
  • Menjaga misi perdamaian PBB
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com