Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latar Belakang Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya

Kompas.com - 06/11/2023, 08:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Peristiwa 10 November 1945 atau Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran terbesar yang terjadi pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Dalam peristiwa ini, ribuan arek-arek Surabaya gugur karena melawan pasukan Sekutu yang diam-diam hendak mengembalikan Belanda pada posisi penguasa atas Hindia Belanda (Indonesia).

Pertempuran 10 November 1945 adalah puncak dari rangkaian peristiwa di Surabaya, yang dimulai dari 19 September 1945.

Apa latar belakang terjadinya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya?

Baca juga: Mengapa 10 November Diperingati sebagai Hari Pahlawan?

Penyebab pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang menimbulkan kekosongan kekuasaan di Indonesia.

Kekosongan kekuasaan tersebut segera dimanfaatkan oleh para tokoh bangsa untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Di tengah situasi yang belum stabil karena pemerintahan baru terbentuk, arek-arek Suroboyo (Surabaya) telah bersiap mengadang Belanda yang dikhawatirkan akan mengambil kembali Indonesia, yang direnggut Jepang pada 1942.

Pada 18 September 1945, sejumlah kecil tentara Inggris dan Belanda mendarat di Surabaya menggunakan parasut.

Sehari kemudian, terjadi insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Oranje atau Hotel Yamato, yang kini dikenal sebagai Hotel Majapahit, yang beralamat di Jalan Tunjungan No. 65, Surabaya.

Peristiwa perobekan warna biru pada bendera Belanda tersebut dipicu oleh sikap Belanda yang menyatakan anti-republik dengan cara mengibarkan bendera mereka di atas hotel.

Baca juga: Insiden Hotel Yamato, Perobekan Bendera Belanda di Surabaya

Dalam catatan sejarah, peristiwa perobekan Belanda di Hotel Majapahit Surabaya merupakan deklarasi terbuka pertama untuk menentang kembalinya Belanda.

Setelah peristiwa perobekan bendera, sejumlah pejabat militer Belanda terus berdatangan untuk menyiapkan proses pendudukan kembali atas Surabaya.

Niatan Belanda telah diwaspadai oleh tokoh-tokoh di Surabaya, sehingga tidak mengherankan mereka telah mempersiapkan pertahanan kota.

Ketika para pemimpin di Jakarta sedang tersandera oleh diskusi dengan Inggris dan Belanda yang tidak rela mengakui Indonesia telah merdeka, para pejuang di Surabaya selalu siaga mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Salah satu tokoh Pertempuran Surabaya, Bung Tomo, membekali rekan-rekannya dengan senjata Jepang hasil rampasan dari gudang Don Bosco pada 26 September.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com